Dekapanmu menjadi asa
Di malamku
Apalah kehangatan?
Bila tak jua kau bagikan
Pada ia yang kedinginan
Maka aku seperti tak peduli
Pada rupamu yang kusut
Atau senyummu yang keriput
Karena sudah cukup kau buktikan
Setiamu...
Lalu apalagi yang kubutuhkan?
Karenamu aku memutuskan
Meninggalkan gigil sendiri di sudut
Bersama lembab yang susut
Maka terima kasih
Atas segala cinta
Sebab takkan ada puisi ini
Tanpa pelukmu, malam ini...
Wednesday, February 23, 2011
Wednesday, February 16, 2011
Untuk Para Sahabat
"There's no key to happiness, the door is always open."
- via Rahmadiyanti
: Sahabat
Kapankah aku sesetia Harun pada Musa?
Bermesra di jalan-Nya
Saling menguatkan dalam doa
dan cahaya...
Tetiba aku juga teringat akan Abdullah dan Mush'ab *)
Dipersaudarakan mereka oleh Nabi Cinta
Meski rupa jelas berbeda, tapi hati mereka satu makna
Dalam dekap-Nya...
Atau kapankah aku setulus Abu Dzar Al Ghifari
Saat meminta maaf padamu,
Seperti permohonan maafnya pada Bilal bin Rabah
Saat hati tak sengaja menyakiti?
Maka lihatlah Salman Al Farisi,
Ia mencari sahabat untuk diberi, bukan memberi
Mulialah ia saat merelakan Abud Darda
Menikahi wanita yang ia pinang namun menolaknya
Takkan pernah bisa...aku selayak Abu Bakar
Pendamping sejati Sang Rasul kita
"Jangan sedih, hai Abu Bakar. Alloh bersama kita."
Maka sirnalah segala duka luka
Ah, kita mungkin takkan pernah bisa sehebat mereka
Tapi mari, Sahabat, mari...
Meneladani mereka, sedapat yang kita bisa
Dalam ukhuwah yang paling sederhana
Saling mengingat dalam pagi petang rabithah kita...
Atau berbagi dalam sahaja senyuman kita :)
Maka kutemukan pintu kebahagiaan yang terbuka itu
Saat mengingat indahnya kehangatan bersamamu...
~ Untuk Para Sahabat di manapun berada
Semoga kelak kita berkumpul bersama di jannah-Nya
Allohumma aamiin...
*) Mush'ab bin Umair dan Abdullah bin Ummi Maktum
- via Rahmadiyanti
: Sahabat
Kapankah aku sesetia Harun pada Musa?
Bermesra di jalan-Nya
Saling menguatkan dalam doa
dan cahaya...
Tetiba aku juga teringat akan Abdullah dan Mush'ab *)
Dipersaudarakan mereka oleh Nabi Cinta
Meski rupa jelas berbeda, tapi hati mereka satu makna
Dalam dekap-Nya...
Atau kapankah aku setulus Abu Dzar Al Ghifari
Saat meminta maaf padamu,
Seperti permohonan maafnya pada Bilal bin Rabah
Saat hati tak sengaja menyakiti?
Maka lihatlah Salman Al Farisi,
Ia mencari sahabat untuk diberi, bukan memberi
Mulialah ia saat merelakan Abud Darda
Menikahi wanita yang ia pinang namun menolaknya
Takkan pernah bisa...aku selayak Abu Bakar
Pendamping sejati Sang Rasul kita
"Jangan sedih, hai Abu Bakar. Alloh bersama kita."
Maka sirnalah segala duka luka
Ah, kita mungkin takkan pernah bisa sehebat mereka
Tapi mari, Sahabat, mari...
Meneladani mereka, sedapat yang kita bisa
Dalam ukhuwah yang paling sederhana
Saling mengingat dalam pagi petang rabithah kita...
Atau berbagi dalam sahaja senyuman kita :)
Maka kutemukan pintu kebahagiaan yang terbuka itu
Saat mengingat indahnya kehangatan bersamamu...
~ Untuk Para Sahabat di manapun berada
Semoga kelak kita berkumpul bersama di jannah-Nya
Allohumma aamiin...
*) Mush'ab bin Umair dan Abdullah bin Ummi Maktum
Thursday, February 10, 2011
For The Amazing Brother(s)
: Kak Sopi Ahyar
Kau memintaku menulis sebuah surat untukmu
Lalu sedetik aku menggumam
Apa yang bisa kutulis untukmu, Kakak?
Ah, aku hanya merindui candamu
Juga kecemburuanku dulu padamu
Masih ingatkah, surat yang dulu sempat kukirimkan padamu?
Itu saat aku kelas satu sekolah menengah
Saat aku sedang sebal-sebalnya pada mamah
Karena aku di nomor duakan, setelah kakak-kakak yang entah
Bagaimana tidak?
Di rumah seringkali nama-nama kalian disebutnya
Membuat aku bertanya-tanya :
Siapakah mereka yang sudah merebut waktu bunda?
Maka tergeraklah pena itu
Bicaralah kertas bergaris itu
Dan mengenalah kita semua...
Then I know, why my mom is very proud of u all...
Coz u are amazing, by the way u are...
For being our brother now and ever, thank u
For keeping mom's smile, thank u
For sharing and caring here with us, thank u
And for being urself and change to be a better one, thank u...
Adikmu,
Rifi :)
Kau memintaku menulis sebuah surat untukmu
Lalu sedetik aku menggumam
Apa yang bisa kutulis untukmu, Kakak?
Ah, aku hanya merindui candamu
Juga kecemburuanku dulu padamu
Masih ingatkah, surat yang dulu sempat kukirimkan padamu?
Itu saat aku kelas satu sekolah menengah
Saat aku sedang sebal-sebalnya pada mamah
Karena aku di nomor duakan, setelah kakak-kakak yang entah
Bagaimana tidak?
Di rumah seringkali nama-nama kalian disebutnya
Membuat aku bertanya-tanya :
Siapakah mereka yang sudah merebut waktu bunda?
Maka tergeraklah pena itu
Bicaralah kertas bergaris itu
Dan mengenalah kita semua...
Then I know, why my mom is very proud of u all...
Coz u are amazing, by the way u are...
For being our brother now and ever, thank u
For keeping mom's smile, thank u
For sharing and caring here with us, thank u
And for being urself and change to be a better one, thank u...
Adikmu,
Rifi :)
Sunday, February 6, 2011
Re : Sekadar Tinta Maya
: Khalifa Rafa Azzahra
Aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana
Mungkin menyelimut bersama sepi
Atau menari bersama mimpi
Yang entah...
Tentang kata,
Kurasa ia masih membersamai para pecintanya
Tentang rasa,
Kurasa ia masih ada di antara serak puing asa
Tentang rindu dan cinta,
Kurasa kita harus samasama kembali pada makna-Nya
Maka biarlah tinta semu
Dari penghujung penamu
Yang mungkin hampir patah menuliskan rindu
Menjadi saksi bisu
Setidaknya aku, masih bisa memeluk bayangmu
Jadi, apa yang sungguh kau resahkan, Sayang?
Bila itu sunyi,
aku sudah berkencan dengannya sekian lama
Bila itu harap,
bukankah kita masih bisa menanti senja?
Melayangkan doadoa,
berharap terpaut di sayap malaikat
Maka aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana
Sebab tak perlu sebab
Tak perlu sembab
Karena kita masih bisa berbagi air mata cahaya
Bukan begitu, Sayang?
~ untuk my faculty-poem-mate ever
: Sedang resah dan gelisah kah?
Bukankah kita selalu punya Alloh di atas segalanya?
So, we don't have to be worry, ukh...do we? :)
Aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana
Mungkin menyelimut bersama sepi
Atau menari bersama mimpi
Yang entah...
Tentang kata,
Kurasa ia masih membersamai para pecintanya
Tentang rasa,
Kurasa ia masih ada di antara serak puing asa
Tentang rindu dan cinta,
Kurasa kita harus samasama kembali pada makna-Nya
Maka biarlah tinta semu
Dari penghujung penamu
Yang mungkin hampir patah menuliskan rindu
Menjadi saksi bisu
Setidaknya aku, masih bisa memeluk bayangmu
Jadi, apa yang sungguh kau resahkan, Sayang?
Bila itu sunyi,
aku sudah berkencan dengannya sekian lama
Bila itu harap,
bukankah kita masih bisa menanti senja?
Melayangkan doadoa,
berharap terpaut di sayap malaikat
Maka aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana
Sebab tak perlu sebab
Tak perlu sembab
Karena kita masih bisa berbagi air mata cahaya
Bukan begitu, Sayang?
~ untuk my faculty-poem-mate ever
: Sedang resah dan gelisah kah?
Bukankah kita selalu punya Alloh di atas segalanya?
So, we don't have to be worry, ukh...do we? :)
Subscribe to:
Posts (Atom)