"melihat buku-buku yang banyak membuat saya selalu senang karena bertanya-tanya; petualangan apa saja yang ada di dalamnya? apakah menginspirasi? apakah menggugah hati? apakah menyeramkan? apakah menghibur? tiap buku memiliki ceritanya dan jiwanya sendiri."
- akkadimana
Sunday, October 30, 2011
Saturday, October 29, 2011
Daphne Odora
The white daphne odora that bloomed
on the sidewalk when I was younger
somehow has an adult scent
I really loved that white flower
In the park,
I played freely on the "revolving globe"
I got a little more cowardly since those times
so please protect me
I was watching the boat that was floating in a daze
which suddenly arrived in the ocean at night
Hey, don't laugh ok? Even those things make me
think happily of the younger me
I think that if we always share
things that we know with each other
even from now on
hey, would that be ok?
As always, the moments when I'm looking at your side
without being able to say anything
I think of the memories of a movie that I saw when I was young
& of the many small picture books that I've read
Even if we fight, I won't cry
but if I'm touched, I'll cry immediately
Even if they are just insignificant times in this universe,
I've come to live in this way
I got a little more cowardly since those times
so please protect me
*) a Matsu Takako song translation
Wednesday, October 26, 2011
Selamat Malam, Kamu
Selamat malam, Kamu.
Ya, Kamu. Dan ya, aku memang belum tidur.
Entah kenapa akhir-akhir ini jam tidurku menjadi semakin aneh. Dulu aku pikir insomnia hanyalah nama. Atau efek yang hanya akan dirasai oleh orang-orang di luar sana. Tapi kini, aku sendiri mengalaminya.
Padahal kalau dipikir, bagaimana bisa? Sedang tubuh ini seringkali terlalu lelah. Bahkan untuk sekadar memikirkan mimpi. Maka saat kasur empuk memanggil, bukankah itu saat terbaik untuk menyambut sapaannya? Hmm...tampak tidak untukku.
Kamu, apa kabar? Ya, aku memang sedang kebingungan...hingga kusadari mungkin hanya kamu yang bisa kusapa dan kutanyakan kabarnya. Baiklah, tak apa bila tak ingin menjawab. Mungkin itu sesungguhnya jawaban, bahwa kamu baik-baik saja.
Belakangan ini aku terlalu banyak bergaul dengan kalkulator dan telepon. Dan jariku seringkali terbalik-balik menekan angka dua menjadi delapan. Punggungku terikat di atas kursi berwarna hitam, sedang kepalaku menyiapkan diri menerima benda putih dalam wadah biru.
Tapi tahukah, Kamu? Bahwa selalu saja ada seseorang yang menenangkan. Mengingatkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Setidaknya pada akhirnya. Dan dia sedikitnya bisa membuat bibirku bergerak sedikit ke kiri-kanan. Bukankah itu juga adalah keajaiban?
Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung di kepalaku. Dan jawabannya masih bersembunyi dan belum mau menampakkan diri. Biarlah, aku akan bersabar. Bersabar dengan berjuang. Karena berjuang jua adalah kesabaran. Begitu kan, katamu?
Aku pernah bilang pada waktu, agar dia berhenti sebentar saja. Aku ingin menghela napas sejenak...lalu membiarkan tawaku mengelana. Tapi Kamu, dia tak pernah menurutiku. Dia berlari...terus berlari...dan aku tertatih menyejajarinya. Ah, apa? Seperti ucapan berwaktu lalu? Ya memang, karena aku masih saja berpijak di batu yang sama.
Kamu, bila suatu saat nanti ingin mengulurkan tangan, maka bersiaplah untuk menggenggamku erat. Karena aku begitu ceroboh, dan seringkali tersandung kerikil hari. Bila tak hati-hati mungkin kamu akan mencelakakan diri sendiri.
Dan bila tidak, Kamu, maka aku dengan senang hati akan tetap bercerita dengan cara yang sama. Pada wujud maya yang selalu nyata.
Ah, terima kasih. Telah begitu baik menemaniku malam ini. Selamat malam :')
Ya, Kamu. Dan ya, aku memang belum tidur.
Entah kenapa akhir-akhir ini jam tidurku menjadi semakin aneh. Dulu aku pikir insomnia hanyalah nama. Atau efek yang hanya akan dirasai oleh orang-orang di luar sana. Tapi kini, aku sendiri mengalaminya.
Padahal kalau dipikir, bagaimana bisa? Sedang tubuh ini seringkali terlalu lelah. Bahkan untuk sekadar memikirkan mimpi. Maka saat kasur empuk memanggil, bukankah itu saat terbaik untuk menyambut sapaannya? Hmm...tampak tidak untukku.
Kamu, apa kabar? Ya, aku memang sedang kebingungan...hingga kusadari mungkin hanya kamu yang bisa kusapa dan kutanyakan kabarnya. Baiklah, tak apa bila tak ingin menjawab. Mungkin itu sesungguhnya jawaban, bahwa kamu baik-baik saja.
Belakangan ini aku terlalu banyak bergaul dengan kalkulator dan telepon. Dan jariku seringkali terbalik-balik menekan angka dua menjadi delapan. Punggungku terikat di atas kursi berwarna hitam, sedang kepalaku menyiapkan diri menerima benda putih dalam wadah biru.
Tapi tahukah, Kamu? Bahwa selalu saja ada seseorang yang menenangkan. Mengingatkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Setidaknya pada akhirnya. Dan dia sedikitnya bisa membuat bibirku bergerak sedikit ke kiri-kanan. Bukankah itu juga adalah keajaiban?
Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung di kepalaku. Dan jawabannya masih bersembunyi dan belum mau menampakkan diri. Biarlah, aku akan bersabar. Bersabar dengan berjuang. Karena berjuang jua adalah kesabaran. Begitu kan, katamu?
Aku pernah bilang pada waktu, agar dia berhenti sebentar saja. Aku ingin menghela napas sejenak...lalu membiarkan tawaku mengelana. Tapi Kamu, dia tak pernah menurutiku. Dia berlari...terus berlari...dan aku tertatih menyejajarinya. Ah, apa? Seperti ucapan berwaktu lalu? Ya memang, karena aku masih saja berpijak di batu yang sama.
Kamu, bila suatu saat nanti ingin mengulurkan tangan, maka bersiaplah untuk menggenggamku erat. Karena aku begitu ceroboh, dan seringkali tersandung kerikil hari. Bila tak hati-hati mungkin kamu akan mencelakakan diri sendiri.
Dan bila tidak, Kamu, maka aku dengan senang hati akan tetap bercerita dengan cara yang sama. Pada wujud maya yang selalu nyata.
Ah, terima kasih. Telah begitu baik menemaniku malam ini. Selamat malam :')
Monday, October 24, 2011
Berlari Sendiri
Perjalanan ini berlari di atas kaki kita sendiri,
menghitung jejak dengan iringan detik di arloji senja.
Ada yang kau nanti saat berdiri,
atau mungkin saat melipat kakimu lagi dengan sengaja.
Camar kembali pulang,
dan kepaknya membuat hatiku berdentang
...untuk ke sekian kalinya.
Karena ia ingatkan aku pada dirimu,
yang pada akhirnya takkan lagi membuatku gamang.
"Aku ingin seperti nelayan...", katamu suatu pagi.
"Berlayar, melempar sauh, dan kelak...menjaring matahari."
Dan aku hanya bisa tersenyum,
lalu ikut memeluk mimpimu.
Ini pepasir yang butirannya merayuku.
Ingin aku tulis namamu,
tapi pada akhirnya aku tak pernah mau.
Sebab ombak akan menghapusnya lagi.
Maka kubiarkan rinduku menggenang,
di sepanjang pantai aku kan mengenang.
Suatu hari nanti aku ingin kau berjanji,
...kau takkan pernah biarkan aku berlari sendiri lagi.
Lepas Pangandaran,
231011
Wednesday, October 12, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)