Wednesday, March 28, 2012

Coretan #4

Seperti aroma pagi yang kita hirup bersama, seperti itu pula perjalanan ini ingin aku mulai. Bukan hari cerah yang kuharapkan, tapi berada di bawah langit bersamamu. Mendung, hujan, berawan...pada akhirnya matahari akan menampakan sinarnya lagi. Begitu katamu suatu pagi.

Pagi itu, kau datang dengan sebuah kuas dan cat warna-warni. Katamu, "Aku ingin melukis langit hari ini. Apa kau ingin ikut?"

Aku hanya bisa tertakjub, lalu dengan refleks mengangguk. Aku bahkan hanya tersenyum simpul, saat kau bilang kanvasnya adalah langit ungu-jingga itu.

Benarlah...lukisan hari itu adalah kenangan yang tak pernah berhenti kita ingat. Tentang bagaimana kita menertawakan kebodohan-kebodohan saat mewarnai dedaunan dengan abu-abu, atau burung camar dengan hijau toska.

"Tak apa", katamu. "Tak ada aturan dalam kanvas milik kita."

Ah maafkan, aku lah yang seringkali membikin aturan.

Senyummu yang kau sembunyikan di balik dahi mengkerut, itu apa? Hatiku bertanya-tanya.

Pada akhirnya kau hanya menjawabnya dengan tawa, "Ini satu...tapi akan berjuta akhirnya."

Aku tak mengerti...yang penting bagiku senyummu kembali. Lagi, kuasmu kau ayunkan lagi.

"Yuk, pulang..." katamu.

Padahal aku tahu kita belum juga berangkat, tak sempat juga beranjak.

"Bagiku selalu, menikmati pagi bersamamu adalah perjalanan terindahku..."

Cat warna-warni meranum di pucuk-pucuk pepohonan, dan aroma pagi itu masih sama...seperti aroma pagi ini. Saat aku ingin memulai perjalanan bersamamu.

Bandung, 28.03.12
Saat kata-kata mendesak untuk dituliskan, dan jari-jari ingin sejenak berlari.

Tuesday, March 20, 2012

Apakah Perlu Kekhawatiran Ini Aku Tuliskan?

Aku memungut gusar, bimbang, dan cemas
dari jalan setapak yang kulewati. Ada
percakapan denganmu di tiap simpangnya. Di
setiap aku harus memilih, hendak ke
kanan atau ke kiri.

Aku bertemu resah, gamang, dan jeri di
setiap aku berhenti melangkahkan kaki.
"Aku ingin istirahat," katamu. Tapi
terkadang aku tak peduli. Meski kau
sudah teriak berkali-kali.

Sungguh aku tak panik, kusut, atau
takut. "Selalu ada Dia," kau berbisik
menenangkan. Ya, aku tahu. Seharusnya
aku tak perlu gelisah. Kupikir,
sepertinya aku hanya sedang bingung...

: "Apakah perlu kekhawatiran ini kau
tuliskan?" Ucapmu, untuk kesekian kali.

Doaku buncah. Kau, hatiku, kembali rusuh lagi.


------
Bandung,
01.02.2012
*) terinspirasi dari percakapan dua orang penyair, Toffan dan Dyas :)

Izinkan Kami Mencinta Bersama-Mu

Gerimis di bulan ini
akan selalu mengingatkanku
pada embun yang berjatuhan di pipimu.

Itu isak pertama,
yang mengawali doa berlayar kita.

Bekalku hanya Dia, Sayang...
Yang menjanjikan keyakinan,
dan meyakinkan sebuah janji
: menjemput barokah-Nya.

Maka bila suatu hari aku sempat terlupa,
mau kah kau mengingatkanku pada hari ini?
Hari di mata kutangkap matamu yang kejora,
dan kupetik senyummu yang menyemesta.

Robb, izinkan kami mencinta bersama-Mu.
Tak putusputus. Tak pernah pupus.
: kekal hingga akhirnya.


Bandung,
20.02.12
-----------------------------------------------
Kado pernikahan untuk yang telah dan akan menggenapkan dien-Nya di Februari-Maret 2012 :
- Mas Hari dan Teh Lina
- Mas Iqbal dan Mba Ayu
- Mas Ihwan dan Mba Ivon
- Kak Danil dan Mba Nidia
- Kak Duta dan Mba Silfi
- Mas Faisal dan Dhia
- Aan dan Danti
: Barokallohulaka wa baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir... :)