Thursday, August 16, 2012

Dua Puluh Tiga dan Perjalanan Itu

Saya punya cita-cita menikah di usia 23 tahun. Dan itu saya nyatakan pada ibu saya di akhir 2010 lalu. Berharap di 2011 saya sudah bisa berjodoh dengan seseorang yang Alloh Tuliskan di lauhul mahfudz, di usia saya yang ke-23.


Mengapa 23?

Sederhana saja. Ibu saya menikah di jelang usia itu dan sebagai anak sulung saya merasa memiliki ibu dengan jarak usia yang tidak begitu jauh itu menyenangkan. Saya seringkali menemukan beliau bukan hanya sebagai sosok seorang ibu, tapi juga seorang teman. Ditambah lagi, ibu saya masih berada di usia produktif di usia saya sekarang.

Sebenarnya, pikiran menikah sudah terlintas jelang lulus kuliah. Usia saya 21 saat itu. Tapi saya memiliki tanggung jawab membantu ibu untuk pendidikan adik-adik saya, minimal sampai adik pertama saya lulus dan juga membantu biaya pendidikan adik-adik setelahnya. Sudah menjadi tekad saya dan adik saya bahwa ibu seharusnya bisa menikmati usia akhir 40 tahunannya dengan nyaman...tanpa beban kami selaku anak-anak beliau.

Karenanya, menikah di waktu tepat setelah lulus menjadi kurang relevan buat saya. Apalagi secara pribadi saya pun merasa belum memiliki bekal yang cukup. Maka ketika teman-teman seangkatan satu per satu dipersatukan dengan pasangan jiwanya, saya santai saja. I have my own target, insyaAlloh.
Di akhir 2010 saya sudah mulai mewacanakan soal menikah kepada ibu. Persiapan menuju 2011, pikir saya. Di mana usia saya akan menginjak 23. Berharap bisa proses mulai dari awal tahun 2011, dan di akhir tahun sudah ada hasilnya. Tampak terlalu idealis memang...tapi maksud saya bukan begitu. Karena sebaik-baik kita berencana dan menentukan target, tentu Alloh Yang Maha Penentu, bukan? Saya hanya ingin berikhtiar sebaik mungkin, itu saja.

Saat itu ibu mengizinkan...meski entah kenapa saya merasa beliau meng-iya-kan dengan rasa yang kurang plong. Tapi entah karena saya yang terlalu bersemangat, saya tidak terlalu ambil pusing dengan rasa tersebut.

Sedari dulu, saya tak pernah berpikir menolak siapapun lelaki yang datang. Selama ia sholeh, pemahaman agamanya baik, akhlaknya baik, karakternya kuat dan ibu merestui, insyaAlloh alasan-alasan yang bukan prinsip rasanya bisa dipertimbangkan dengan bijak. Maka begitu kesempatan ada, saya memutuskan untuk maju.

Sekali lagi saya tahu, dari pengalaman teman-teman tak semua proses berjalan dengan mulus atau berhasil dalam sekali. Saya selalu bilang pada teman-teman, jika dalam sekali proses langsung Alloh pertemukan dengan sang jodoh, maka hal itu adalah sesuatu yang benar-benar patut disyukuri. Saya pun tak berpikir demikian, yang saya tahu saya harus berikhtiar sebaik-baiknya dalam menjemput jodoh.

Maka ketika proses pertama belum Alloh perkenankan untuk berjodoh, saya tersenyum saja. Mungkin menurut Alloh saya belum layak untuk laki-laki sebaik beliau. Maka ketika beliau yang memutuskan untuk tidak lanjut, ya tidak menjadi masalah. Semua akan menjadi pembelajaran untuk saya, itu yang saya yakin.

Proses kedua pun berjalan selang beberapa waktu setelah proses pertama. Namun kondisi keluarga, terutama keluarga besar, saat itu tidak stabil. Ibu saya pun mengungkapkan kejujuran hatinya bahwa beliau belum bisa memberikan izin dengan hati yang lapang jika saya ingin menikah tahun ini. Mungkin tahun depan, kata beliau.

Buat saya yang memegang prinsip berproses tidak ingin lebih dari 6 bulan, rasanya berat jika membiarkan proses ini berjalan tanpa kepastian waktu. Tidak ahsan dan nampaknya peluang mudharat-nya cukup besar. Karenanya proses kedua ini saya cukupkan. Saya bilang bahwa jika berjodoh pasti akan Alloh Persatukan bagaimanapun caranya. Saya tak ingin ditunggu, sebagaimana pula saya tak ingin menunggu. Biarlah Alloh yang akan Menunjukkan jalan. Saya berdoa semoga kami sama-sama dikaruniai jodoh yang terbaik menurut-Nya.

Maka medio hingga akhir tahun 2011 menjadi waktu "kosong" saya di mana saya memilih untuk menyibukkan diri dan tidak terlalu memikirkan perihal ini. Beberapa yang "datang" saya persilakan "menjemput" yang lain. Biarlah ini menjadi waktu di mana saya bisa menyiapkan diri dan keluarga dengan lebih baik lagi. Sempat terpikir juga, mungkin 23 menjadi tidak realistis lagi. Mungkin saya akan menikah di 24, 25, atau bahkan lebih dari itu. Who knows? Tapi saya harus husnudzon, mencoba menepis pikiran itu. Saya baru memasuki awal 23, masih ada banyak bulan lagi sebelum 24, iya kan? :)

Akhir 2011, tak disangka ternyata izin ibunda keluar. Dengan pembicaraan yang amat ringan dan lapang. Sungguh di luar dugaan saya. Ibu justru membesarkan hati dan menyemangati saya jika ingin berproses lagi. Ah subhanalloh... Meski saya merasa sedikit melepaskan beberapa peluang sebelumnya, tapi ini rasanya jauh melegakan dan membuat langkah saya ringan.

Maka saya bertekad segera menyerahkan proposal pada guru ngaji saya. Siapapun yang datang nanti, insyaAlloh saya menyiapkan diri. Pun jika yang datang adalah yang sebelum-sebelumnya. Saya ingin mengikhtiarkan sebaik-baiknya peluang jodoh yang datang setelah penguatan tekad ini. Bismillah...
Alhamdulillah, lelaki sederhana ini yang takdirnya menemui takdir saya di kesempatan pertama setelah restu ibunda hadir. Sholih, insyaAlloh. Banyak hal yang membuat saya minder terhadap beliau sebenarnya, kadang saya merasa tak pantas mendampinginya, hehe. Tapi subhanalloh, saya menemukan banyak sekali kesamaan yang kami punyai. Dari hal-hal prinsip semisal visi hidup, hingga hal-hal remeh yang belakangan saya ketahui, semisal merek dompet :). Lucu...sekaligus perlahan membuat saya yakin, he's the right one.

Sepanjang proses dengan beliau ini rasanya begitu ringan, alhamdulillah. Bukan tanpa hambatan dan ujian memang, tapi jika memang proses menuju pernikahan adalah perjuangan, itulah yang saya (kami) rasakan. Tapi kemudahan-kemudahan-Nya terasa menyertai. Mulai dari kebingungan soal budget, tanggal, rencana setelah menikah...ah tapi itulah indahnya...rizki dari Alloh datang tanpa diduga, subhanalloh.

Saya baru berani menyebut kami jodoh setelah akad terucap. Sebelumnya? Tak pernah berani. Apapun bisa terjadi. Semoga niat menjaga proses menjadi amalan di sisi-Nya. Aamiin.

Ya, saya sebenarnya tak menyangka bisa "bertemu" dengannya lagi. Tahun lalu kami pernah berselisih takdir, belum berjodoh saat itu rupanya. Tapi kami ternyata sama-sama yakin, kalau jodoh pasti di"pertemukan"-Nya kembali. Dan alhamdulillah, Alloh Mengizinkannya.

Satu hal, beliau bukan orang yang sempurna...saya tahu, sebagaimana saya juga. Tapi dia menyempurnakan saya, dengan keberaniannya mengucap perjanjian teguh itu...di hadapan-Nya.

Dua puluh tiga.

Doa itu dikabulkan-Nya dengan begitu istimewa.

Alhamdulillahirobbil'alamiin...


- mengenang perjalanan, 5 Feb '12 (ta'aruf), 6 Mei '12 (khitbah), 14 Juli '12 (akad) -

Bandung, 14.08.12
Happy first monthversary, Dear Hubby! :*

Wednesday, July 4, 2012

Beste Freundin


Tahukah, Na?
Kelak mungkin memang ada masa
Di mana bahagia kita membelah dirinya
Satu...satu...dan semoga menjelma juta cahaya
Tapi ingatlah,
Selalu ada seseorang di sini yang selalu bahagia
Mengingat saat-saat dirimu bersamanya.

Alles Gute zum Geburtstag, beste Freundin :*

Bandung, 04.07.12

Tuesday, May 8, 2012

Kelak

Kelak, dedaun yang gugur dari matamu akan menjadi saksi, betapa tak lelahnya kau bertumbuh...lagi dan lagi.

Dan bebunga yang mekar di senyummu itu akan menjadi bukti, betapa kuatnya kau bertahan di musim yang tak lagi hangat.


Bandung, 080512

Thursday, April 19, 2012

Coretan #6

Aku lihat kali ini kamu terisak. Di layar PC-mu ada berita dari negeri seberang. Negeri yang begitu jauh dari langkah, tapi begitu dekat dengan doa kita, katamu. Aku hanya bisa terdiam, duduk di sebelahmu...dan perlahan ikut meneteskan air mata.

"Apa yang bisa kita lakukan selain mengeja doa?" tanyaku.

"Berikan apa yang bisa kita mampu...materi yang kita punya, semangat yang tak pernah padam, dan solidaritas yang terus ada...karena mereka merasakannya!" jawabmu hangat.

Aku terdiam lagi.

Kamu benar. Betapa tanah air tak pernah dibatasi oleh teritori, betapa persaudaraan tak pernah mengenal warna kulit atau beda bahasa. Karena kita muslim adanya. Karena kita saudara. Di mana iman, selalu menjadi penyerta.

Palestina. Janji Alloh tak pernah ingkar. Untuk setiap perjuangan yang tak pernah perlu kau takar.

Kamu lalu tersenyum, lalu kita sama-sama mengusap air mata.

Ya, Alloh sungguh sayang mereka.


Karawang, 14.04.12
- untukmu, yang begitu rindu bertemu...semoga kelak dipertemukan-Nya.

Thursday, April 12, 2012

When Harvest Season Comes


 









when harvest season comes
i see your smiles on miles
though bathed with sunshine blink
it never relieves your great of think

dear you,
the owner of the light hands
tell me,
how hearts flow with the prayers
in every single dance of the feet
in every single melody with no greed

when harvest season comes
i hear the rice grain sings
"...let us be your thankful sign,
to The One that Makes life in the great line..."



Bandung, 12.04.2012
...when harvest season comes...
alhamdulillah :)


Monday, April 9, 2012

Dear Mom #3

"Bunda, kalau lah bisa...aku ingin mengubah senyummu menjadi lautan kupu-kupu, yang terbang hingga jannah-Nya..."

Wednesday, April 4, 2012

I Miss U - Momaji


If you try to fly
I would catch you if you'd fall
Never let you go

Could I hold your hands
And we could fly together somewhere
Just me and you

We'd be floating by
See you gather way up high
So pretty like

And our time will pass
And we will be together
But our paths may change
And we could be together no more
Better say goodbye

I want to say

Chorus:
And when the skies begin to cloud
About the moment when the sun comes out
And you'll know the meaning
'cause I'll be there right by your side
And when the starlit sky begins to shine
(Oh) like it's never shined before
You'll know I miss you
Yeah, and I miss you

Every long goodbye
Far away from her lone nights
Can't remember you

Couldn't say your name
But I'm glad I met you (I miss you)
Was it all a dream?

Am I floating by your window
While you're sleeping
Hello, better open your eyes

But our time has passed
And we had been together
But our paths may change
And we could be forever no more
Better say goodbye

I want to say

If you try to fly,
You know I miss you

-------------------------------

Miss U, Daddy.
Thanks for holding my hand for years :')
Pict has been taken from here.

Monday, April 2, 2012

Coretan #5

Kau tahu meneguk kopi terlalu banyak itu tak baik. Sama halnya dengan diriku yang tahu bahwa membuatkan kopi untukmu terlalu sering itu tak baik. Tapi bagaimanalah, cecangkir itu selalu menggoda untuk diisi, bahkan di hari di mana perjalanan ini akan kita mulai. Kepulan hangatnya sudah menguar, dan aromanya selalu menggoda.

"Sudah siapkah kamu? Kita akan berangkat malam ini," tanyamu.

Aku masih bergegas memasukkan DSLR-ku setelah lima menit yang lalu selesai membuatkan kopi untukmu. Untuk kita. Ya, ini barang terakhir yang akan masuk ke ranselku.

"Mau ke mana kita?" tanyaku polos.

Aku selalu suka perjalanan yang spontan, tapi yang kutahu dirimu selalu merencanakan. Maka mengajakku melakukan perjalanan secara tiba-tiba hanya membuatku heran. Kau hanya tersenyum, lalu perlahan menyesap kopimu.

Setelah packing-ku selesai, giliran aku yang meraih cangkirku...masih dengan mimik yang sama, aku mengulang pertanyaanku.

"Mau ke mana kita?"

"Memetik bintang bersama," katamu.

Lalu aku membayangkan sebuah tempat dengan hamparan gemintang, bukan hanya di langit, tapi juga di kaki kita. Bertebaran. Berhamburan.

"Dulu kau mengajakku melukis langit, dan sekarang memetik bintang?" aku tersenyum, lalu beranjak ke belakang.

Kau berseru melihat apa yang aku bawa, "Hei, untuk apa ember itu?"

"Kita perlu wadah jika ingin memetik bintang, bukan?" kali ini aku yang tertawa melihat ekspresi bingungmu.

Kopimu sudah tandas. Punyaku tinggal beberapa teguk lagi. Melihatmu sudah bersiap, aku bergegas menghabiskannya. Kopi selalu ada di hari kita, meski kita sama-sama tahu terlalu banyak takkan pernah baik adanya. Biarlah untuk kali ini, biar hangat malam ini...dan menjadi energi untuk memetik bintang yang mungkin pernah kau tanam.

Akhirnya perjalanan itu kita mulai. Aku sudah tak sabar. Beberapa langkah dari pintu rumah, kau berhenti. Aku terdiam, dan pandanganku mengarah pada halaman samping yang tak lagi sama. Tenda biru muda, dan api kecil yang menyala.

"Kita sudah sampai!" katamu riang.

Dan aroma kopi masih membekas di penciumanku. Aroma yang sama seperti saat kejutan-kejutan darimu melukis senyumku.

Bandung, 31.03.12
Baru inget buat posting tulisan ini~

Sunday, April 1, 2012

Just Human After All

Gambar dari sini.

"Nggak ada yang salah dengan ingin membahagiakan orang lain, Fi."

Itu katamu. Yang pada akhirnya menyejukkanku diam-diam. Iya kah? Ah...benar katamu, aku yang masih harus banyak belajar memahami orang lain. Aku yang terkadang masih sulit memposisikan diri di posisi orang lain, padahal tak tahu benar bagaimana dan seperti apa kondisinya. Kesoktahuan-ku ini yang pada akhirnya membuat orang-orang di sekitarku merasa tak nyaman. Robb, faghfirli...

Ya, aku sedang sensitif...tapi apakah itu boleh menjadi alasan gagal memahami orang lain? Manusiawi, katamu. Yes, I'm just human after all. You too. Kita memang nggak bisa membuat semua orang bahagia, tapi nggak ada yang salah dengan ingin membahagiakan orang lain. Meski pada akhirnya, cara penyampaian kita yang salah membuat penerimaan orang tersebut menjadi berbeda. Niat sudah benar, tapi cara yang salah akan membuat hasilnya berbeda. Ya, caraku sepertinya salah...padahal aku cuma berniat membantu T_T

Maka, ini doaku untuknya...semoga segera, maafku diterimanya...
Kabulkanlah Yaa Robbana...

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,
telah berjumpa dalam taat padaMu,
telah bersatu dalam dakwah padaMu,
telah berpadu dalam membela syari’atMu.
Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya.
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan
keindahan bertawakkal kepadaMu.

Wednesday, March 28, 2012

Coretan #4

Seperti aroma pagi yang kita hirup bersama, seperti itu pula perjalanan ini ingin aku mulai. Bukan hari cerah yang kuharapkan, tapi berada di bawah langit bersamamu. Mendung, hujan, berawan...pada akhirnya matahari akan menampakan sinarnya lagi. Begitu katamu suatu pagi.

Pagi itu, kau datang dengan sebuah kuas dan cat warna-warni. Katamu, "Aku ingin melukis langit hari ini. Apa kau ingin ikut?"

Aku hanya bisa tertakjub, lalu dengan refleks mengangguk. Aku bahkan hanya tersenyum simpul, saat kau bilang kanvasnya adalah langit ungu-jingga itu.

Benarlah...lukisan hari itu adalah kenangan yang tak pernah berhenti kita ingat. Tentang bagaimana kita menertawakan kebodohan-kebodohan saat mewarnai dedaunan dengan abu-abu, atau burung camar dengan hijau toska.

"Tak apa", katamu. "Tak ada aturan dalam kanvas milik kita."

Ah maafkan, aku lah yang seringkali membikin aturan.

Senyummu yang kau sembunyikan di balik dahi mengkerut, itu apa? Hatiku bertanya-tanya.

Pada akhirnya kau hanya menjawabnya dengan tawa, "Ini satu...tapi akan berjuta akhirnya."

Aku tak mengerti...yang penting bagiku senyummu kembali. Lagi, kuasmu kau ayunkan lagi.

"Yuk, pulang..." katamu.

Padahal aku tahu kita belum juga berangkat, tak sempat juga beranjak.

"Bagiku selalu, menikmati pagi bersamamu adalah perjalanan terindahku..."

Cat warna-warni meranum di pucuk-pucuk pepohonan, dan aroma pagi itu masih sama...seperti aroma pagi ini. Saat aku ingin memulai perjalanan bersamamu.

Bandung, 28.03.12
Saat kata-kata mendesak untuk dituliskan, dan jari-jari ingin sejenak berlari.

Tuesday, March 20, 2012

Apakah Perlu Kekhawatiran Ini Aku Tuliskan?

Aku memungut gusar, bimbang, dan cemas
dari jalan setapak yang kulewati. Ada
percakapan denganmu di tiap simpangnya. Di
setiap aku harus memilih, hendak ke
kanan atau ke kiri.

Aku bertemu resah, gamang, dan jeri di
setiap aku berhenti melangkahkan kaki.
"Aku ingin istirahat," katamu. Tapi
terkadang aku tak peduli. Meski kau
sudah teriak berkali-kali.

Sungguh aku tak panik, kusut, atau
takut. "Selalu ada Dia," kau berbisik
menenangkan. Ya, aku tahu. Seharusnya
aku tak perlu gelisah. Kupikir,
sepertinya aku hanya sedang bingung...

: "Apakah perlu kekhawatiran ini kau
tuliskan?" Ucapmu, untuk kesekian kali.

Doaku buncah. Kau, hatiku, kembali rusuh lagi.


------
Bandung,
01.02.2012
*) terinspirasi dari percakapan dua orang penyair, Toffan dan Dyas :)

Izinkan Kami Mencinta Bersama-Mu

Gerimis di bulan ini
akan selalu mengingatkanku
pada embun yang berjatuhan di pipimu.

Itu isak pertama,
yang mengawali doa berlayar kita.

Bekalku hanya Dia, Sayang...
Yang menjanjikan keyakinan,
dan meyakinkan sebuah janji
: menjemput barokah-Nya.

Maka bila suatu hari aku sempat terlupa,
mau kah kau mengingatkanku pada hari ini?
Hari di mata kutangkap matamu yang kejora,
dan kupetik senyummu yang menyemesta.

Robb, izinkan kami mencinta bersama-Mu.
Tak putusputus. Tak pernah pupus.
: kekal hingga akhirnya.


Bandung,
20.02.12
-----------------------------------------------
Kado pernikahan untuk yang telah dan akan menggenapkan dien-Nya di Februari-Maret 2012 :
- Mas Hari dan Teh Lina
- Mas Iqbal dan Mba Ayu
- Mas Ihwan dan Mba Ivon
- Kak Danil dan Mba Nidia
- Kak Duta dan Mba Silfi
- Mas Faisal dan Dhia
- Aan dan Danti
: Barokallohulaka wa baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir... :)


Sunday, January 29, 2012

Where Are You, Fireflies?


Where are you, Fireflies?
We just wanna keep you for seconds.
Catch your light which always rise.
Then, let you free again with no lends.

Because we know,
you are beautiful,
as always.

***

Nin : "Fi, aku pengen moto kunang-kunang deh...di mana yah nemuinnya?"
Fi : "Aih, udah jarang banget kali, Nin...terakhir aku nemu aja waktu SD. Waktu itu lagi ikut ayahku ke daerah antara Pantai Selat Sunda sama Gunung Rajabasa. Ditangkepin, masukin ke toples bening. Bawa ke kamar, terus lampu dimatiin. Gak lama, abis itu dilepasin lagi. Subhanalloh indah banget deh."
Nin : "Iya, kayaknya harus ke pinggiiir kota dulu baru bisa nemu ya."
Fi : "He eh, dan aku belum kebayang aja gitu gimana cara motonya."
Nin : "Eh iya, gimana yah?" -____-a

Monday, January 23, 2012

Di Bandara




Kulihat kakikaki meninggalkan jejak,
di tempat mereka akan kembali,
suatu saat nanti.
Sedang aku perlahan mengumpulkan langkah,
menuju hati di mana aku akan singgah.

Desing dan gemuruh roda,
bersaing dengan riuhnya percakapan dalam dada.
Sudah sempat kukecup waktu itu,
waktu di mana pesawat tinggal landas,
dan kelak merentangkan jemarinya di tepi Kapuas.

Suatu pagi di bandara itu aku pernah menunggu,
sama seperti di suatu senja di mana aku masih setia
melayangkan doadoa...

...yang kutiup perlahan dari ruang keberangkatanku,
dan kuharap sampai di gerbang kedatanganmu.



Mengenang perjalanan udara pertama,
19 - 20 Januari 2012

*terinspirasi juga dari Puisinya Bang Hasan dengan judul yang sama
*terima kasih buat yang sudah mengingatkan saya untuk menulis ini :)

Tuesday, January 17, 2012

Dear Mas A dan Brader O

Bismillah...

Dear Mas A dan Brader O,

Entah kenapa selepas pulang kantor ini saya memikirkan kalian. Memikirkan apa yang sudah kita perbincangkan panjang lebar. Apa yang sudah kita perjuangkan dengan sedemikiannya hingga mungkin seringkali tangan kita bergetar. Dan apa yang selalu kita ingat, pikirkan, juga lakukan.

Terima kasih, untuk membuat saya selalu merasa tidak sendiri. Untuk membuat saya selalu punya teman untuk berbagi, tentang mungkin yang orang lain sulit pahami. Ini kita yang sedang berjalan di garis yang berbeda, namun menuju titik yang sama. Dan saya rasa saya akan selalu bisa merasa sedikit lega, saat semangat itu kalian tularkan, meski hanya dengan kata-kata.

Ya, saya tahu...saya tidak sekuat itu. Dan kalian pun pasti tahu. Tapi betapa beruntungnya saya ketika kalian selalu mengingatkan bahwa ada Yang Maha Kuat yang selalu bersama kita. Ah, saya hanya ingin ini baik pada akhirnya, sebagaimana saya meniatkan baik pada mulanya. Ya, kata kalian, ini akan baik pada akhirnya. "Bukankah semua adalah bagian dari pembelajaran hidup yang akan membuat kita semakin dewasa dan matang?" itu kata kalian. Saya tersenyum, lalu bergumam, "Ya, kalian memang semakin dewasa dan matang."

Saya belajar banyak kali ini, Mas A dan Brader O. Mungkin kalian juga...mungkin Brader O apalagi. Mengingat mungkin masalahmu lebih rumit dari punya saya. Tapi betapa tegarnya kamu menghadapinya, dan saya hanya malu mengingat masalah saya sendiri. Setiap orang punya masalah, katamu. Dan yang perlu kita lakukan hanya menghadapinya, menyelesaikannya. Dengan sebaik-baiknya.

Ya, setelah perbincangan sore ini. Saya hanya ingin berjanji pada diri saya, bahwa saya akan menghadapinya. Apapun itu, saya ingin memberikan ikhtiar terbaik saya.

Dear Mas A dan Brader O,

Terima kasih untuk selalu punya waktu mengangkat panggilan saya di ujung nirkabel. Meski terkadang saya pundung ketika perlu beberapa kali menekan nomor karena kalian begitu sibuk dengan pekerjaan kalian. Ah, saya paham kok. Karena saya pun terkadang demikian. Mendengar suara kalian akan selalu menjadi salah satu hal yang melegakan buat saya, karena itu berarti saya -sekali lagi- tidak sendiri.

Kondisi kita berbeda, saya mengerti itu. Saya hanya bisa tertawa saat senior kita berkata bahwa saya sedang dicemplungkan ke kolam yang salah, yang membuat saya tidak bisa berenang dengan baik. Tahun ini, meski masih di kolam yang salah, saya harap saya punya guru renang yang hebat dan bisa membuat saya berenang dengan baik meski di kolam yang tidak sempurna. Kali ini, maukah kalian mendoakan saya (lagi)?

Please, jangan pikir saya sehebat itu. Because, I'm really not. Kalian lah yang hebat...dengan cara kalian masing-masing. Saya hanya melanjutkan yang sudah ada. Dan sekali-sekali mencoba mem-follow up-nya. Jadi, orang-orang di sekitar sayalah yang hebat. Sedang saya hanya meneruskannya. Tapi, terima kasih -lagi- untuk selalu mengingatkan saya untuk terus berusaha. Mengingat kalian, maka seketika saya merasa bersaing dengan sehat. Saya tidak mau kalah, meski saya tahu kalian selalu punya alasan untuk menang. Eh, bukan kah saya juga?

Mas A dan Brader O, terima kasih telah menjadi rekan terbaik saya...
orang-orang yang akan selalu saya ingat semangatnya,
dan terima kasih...karena telah memberikan saya satu alasan untuk terus bertahan.

Semoga Alloh selalu Memberi kita kekuatan dan kebaikan dunia-akhirat, aamiin...

Your mate,
- R

Sunday, January 8, 2012

Keberanian dan Kesabaran

"KEBERANIAN adalah kekuatan yang dapat menyebabkan
seseorang bangkit untuk berjuang,
tapi KESABARAN adalah mesin
yang dapat membuat seseorang dapat berjuang selamanya..."
- dari buku penuh ilmu itu -

Mengembalikanmu


Apakah itu, dirimu yang berjiwa mongkok?
Atau desir hatimu yang mulai bengkok?
Padahal entah apa yang bisa kita bangga,
sedang raga ini sejatinya tak berpunya.

Di sisi waktu yang berbuai manja,
kau bilang kau akan baik-baik saja.
Aku pikir bukan aku yang mendadak dramatis,
bila kulihat matamu mulai gerimis.

Itu kah...lengan harimu yang tak lagi campin mengayuh waktu?

Tetiba aku melihat visiun di ujung kaldron bernama luka.
Sungguh, dari jauh...yang ingin kulakukan hanyalah memeluk...
lalu mengelon detikdetik yang melaju agar mau kembali,
dan mengembalikanmu...

Biarkan Kawan, biarkan...
Cencawan kita kembali meletak di ujung sajadah
Merapat pada Robbnya, merindu percakapan didaktis yang meruah
Hingga keluwung cinta-Nya...lagilagi tumpah rekah...


Bandung, 04.01.12
*) foto dari sini

Tuesday, January 3, 2012

Untuk Kamu, Na

Suatu hari aku akan melihat senyummu lebih merekah dari hari ini, Na. Mungkin di tempat yang sama saat kita menganyam riak di pinggir danau itu. Dengan pemandangan yang sama...tapi dengan perasaan yang lebih indah. Karena saat itu aku tahu, kau sudah berhasil menakhodai perahumu hingga sampai ke dermaganya. Cukuplah gemintang yang berkelip di sudut bola matamu itu, menjadi bukti nyatanya. Nanti.

Tahukah kau, Na? Bahwa banyak keajaiban yang terjadi dalam hidup kita? Sayang-Nya, Cinta-Nya, selalu bisa membuat kita sadar, bahwa semua itu ada jalannya. Kita hanya perlu bersabar dan berikhtiar. Aku jadi jauh lebih lega sekarang, mendengar cerita-ceritamu...menyanyikan soundtrack kita di teras rumahmu...ah, itu melegakan, Na. Karena -kukatakan padamu- keajaiban itu seperti sedang mengujiku. Dan yang kuperlukan sudah kudapatkan : Berbagi denganmu.

Aku masih ingat bagaimana langkah-langkah kecil kita berlari agar kita tidak terlambat datang kuliah pagi. Atau duduk bersama bersamping-sampingan di undakan tempat duduk pertunjukan. Atau saat berpelukan, menangis, dan pada akhirnya menuntaskan kelaparan dengan sepiring mie goreng saat kita harus mengaku kalah. Ada lagu-lagu yang tiba-tiba mengalun, menemani, dan menyimpan memori. Ini aku, bersamamu, yang selalu mengenang masa-masa indah itu.

Bagaimana rasanya kehilangan seorang malaikat di hati kita, Na? Aku tak pernah membayangkannya. Bahkan aku belum sempat bertemu dengannya. Aku ingin mencium tangannya, merasakan hangatnya. Kupikir kau akan terus membasuh wajahmu dengan air mata, Na...tapi ternyata tidak. Kau bahkan menyambutku dengan senyummu, dan riangmu tetap seperti biasanya, tak ada yang berbeda. Ya, itu dirimu...perempuan tegar itu.

Terima kasih, Na. Untuk setiap pembelajaran, persahabatan, dan kekuatan yang kau bagi lewat setiap kata, peluk, dan doa. Semoga Alloh senantiasa Menjagamu. Menjaga kita. Dalam kebaikan dan kasih sayang-Nya. Aamiin... :)

Kekuatan, hati,
Yang berpegang, janji,
Genggamlah tangan ku, cinta
Ku tak akan pergi,
Meninggalkan mu sendiri,
Temani hati mu cinta
~ Sebelum Cahaya, Letto

Sunday, January 1, 2012

Fireworks






Maybe you're reason why all the doors are closed
So you can open one that leads you to the perfect road
- from "Firework" song lyric