Saturday, December 24, 2011

Dance with My Father


Back when I was a child
Before life removed all the innocence
My father would lift me high
And dance with my mother and me
And then
Spin me around 'till I fell asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure
I was loved

If I could get another chance
Another walk
Another dance with him
I'd play a song that would never ever end
How I'd love love love
To dance with my father again

When I and my mother
Would disagree
To get my way I would run
From her to him
He'd make me laugh just to comfort me
yeah yeah
Then finally make me do
Just what my mama said
Later that night when I was asleep
He left a dollar under my sheet
Never dreamed that he
Would be gone from me

If I could steal one final glance
One final step
One final dance with him
I'd play a song that would never ever end
Cause I'd love love love to
Dance with my father again

Sometimes I'd listen outside her door
And I'd hear how mama would cry for him
I'd pray for her even more than me
I'd pray for her even more than me

I know I'm praying for much to much
But could you send her
The only man she loved
I know you don't do it usually
But Dear Lord
She's dying to dance with my father again

Every night I fall asleep
And this is all I ever dream


A Song by Luther Van Dross
Written by Luther Van Dross and Richard Marx
Pict is taken from here
You can hear and download the song by follow this link

Tuesday, December 20, 2011

Cute Little Girl with Her Bubbles




Some of my link-to-kids-dreams are being owner and teacher of kids school, having kids photo studio with many children's books there, and of course...writing for them. Well, looks like having a kids center is a wonderful idea, is it? :)

* pictures were taken in CFD Dago, used Kia's Canon EOS 550D
* model : a cute girl on CFD, lucky me...her parent let me to take her picts, thank u :)

Saturday, December 10, 2011

Coretan #3

Hujan sore ini tanpamu. Di tempat yang sama, di tempat di mana kita bersua untuk pertama kalinya. Ini Nin, yang pernah kukatakan padamu. Bahwa selalu ada tempat istimewa, yang mengingatkan kita pada orang-orang istimewa.

Tahukah kamu, Nin? Aku sudah mengakrabi tempat ini sekian lama. Saat usiaku masih bisa diacungkan oleh jari-jari kita. Saat aku menyeriusi waktu-waktu bermainku.

Waktu itu, aku begitu kagum pada para kakak yang berjalan dengan penuh semangat menyambut panggilan-Nya ke tempat ini. Terpesona pada yang membaca kalam-Nya dengan khusyu' di pelatarannya. Atau kepada yang asyik berdiskusi bahkan belajar dengan ramai. Ah, sampai kini pun. Sampai kini pun aku masih merasa demikian adanya.

Nin, dulu sekali aku pikir air di tempat ini adalah air yang dikeluarkan dari lemari pendingin. Karena kakiku seringkali tergelitik dalam gigil saat mengambil wudhu, atau sekadar mengusap mukaku. Kini, dinginnya tak sama lagi. Mungkin karena polusi makin menggila, dan lubang ozon makin menganga. Apa kau sepakat denganku, Nin?

Aku selalu suka berada di sini, Nin. Kesejukan yang kurasa. Dan seringkali mengobati kerinduanku pada kampus dan suasananya yang hampir selalu membahagiakan.

Bagaimana tidak membahagiakan, jika di setiap sudutnya kau temukan cinta yang bertebaran?

Ilmu berterbangan di sini, Nin. Juga ukhuwah yang menyelimuti. Ada lingkaran-lingkaran cahaya yang kautemukan. Seperti juga halnya aku, kau pasti merasakannya juga, kan?

Aku pun masih ingat, Nin. Saat bermalam di sini bersamamu. Berburu seribu bulan. Malam itu dingin, tapi berada di sini bersama orang-orang sholeh membuatnya terasa hangat. Bukan begitu, Nin?

Hujan sekarang sudah mereda. Rasanya kusudahi saja tulisan ini. Ta'lim akan segera dimulai dan pekerjaan kita untuk besok belum juga selesai.

Terima kasih, Nin. Sudah membuatku menulis. Rasanya, saat aku mengingat tempat ini, seketika aku pula aku teringat padamu. Dan aku benar-benar bersyukur akan hal itu.

Selamat datang kembali, matahari!



Pelataran Masjid Salman ITB, 10.12.11
Di sore yang (kuharap) akan segera cerah setelah hujan...

Wednesday, December 7, 2011

In Purple


Find hearts in purple
On the day that bloom just like a bubble
Whose will I get as the humble?

Bandung, 07.12.11
...on the night like this...

Tuesday, November 29, 2011

Biji Pinus yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


"Ikhlaskan..." ucapmu pelan. Namun cukup terdengar sampai di telingaku. Ada bayang yang berkelebat di memoriku. Tak lama. Tapi cukup membuatku terpejam, lalu terdiam. Sesuatu bergetar di sudut waktu. Sesuatu yang ingin kembali ke masa itu. Masa di mana hujan berhenti, dan lembayung menanti. Hujan pertama di bulan ini.

"Tak mudah..." aku menggigit bibir. Sungguh, mudah memahaminya... tapi tak mudah melakukannya. Kembali aku -dan juga kamu- terdiam. Aku kembali menatap biji-biji pinus yang berserakan di ujung kakiku. Mereka ikut diam, seperti dengan cermat mendengarkan kegelisahanku. Angin berhembus perlahan, menyempurnakan kebisuan.

***

Allahumma innii as’aluka nafsan muthma‘innatan, yu’minu biliqaa’ika, wa tardha bi qadhaa‘ika, wa taqna‘u bi’athaa’ika.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, beriman bertemu dengan-Mu, ridha terhadap segala ketentuan-Mu dan menerima sepenuhnya pemberian-Mu.

***

Sebuah catatan akhir bulan,
29.11.11

*) judul terinspirasi dari judul sebuah novel karya Tere-Liye

Saturday, November 26, 2011

Happy New Year 1433 Hijriyah!

“Hate no one, no matter how much they’ve wronged you. Live humbly, no matter how wealthy you become. Think positively, no matter how hard life is. Give much, even if you’ve been given little. Keep in touch with the ones who have forgotten you, and forgive who has wronged you, and do not stop praying for the best, for those you love.”
- Ali bin Abi Thalib r.a.

Happy new year! Let's hijrah to be a better one in front of Him. May
Alloh Gives us strengthness to face everything in life and also to reach our dreams in this following year. Aamiin...

*) alhamdulillah, this is my 100th post :)
pict was taken from here

Friday, November 25, 2011

November Rain


So never mind the darkness we still can find a way
Nothin' lasts forever even cold November rain


Monday, November 21, 2011

Hingga Kedua Langkah Menjejak Surga



: Anty dan Mip2

Tibatiba badanku melompat begitu saja
Ke hari di mana putri menemukan pangerannya
Senyumnya bercahaya, matanya berurai air mata
Tapi untuknya itu hanya berarti satu : Bahagia

Pangeran itu, yang dengan sederhana menggamit cinta
Dan meletakkannya di kedua telapak tangan Sang Putri
"Ini kupukupu doa, yang akan kujaga
agar ia tetap mengepak di hatimu, Dinda."

Kini setahun sudah...
Kulihat kastil itu menjadi berbeda
Karena saat aku menepi di sana,
pada tiap dindingnya kulihat mimpimimpi
yang kalian lukis bersama

Pangeran dan Putri,
semoga senantiasa istiqomah menapaki
Hari yang mungkin tak mudah,
tapi selalu indah...

...hingga kedua langkah
menjejak surga-Nya...




Bandung, 21.11.11
Happy 1st wedding anniversary! :)

Sunday, November 20, 2011

Tangan-tangan yang Bergenggaman



Seperti yang pernah kukatakan, bahwa ada yang berangkulan di pelukan jarak. Ada jiwa yang ingin saling menyapa, lalu bertemu di kata-kata pengikat kalbu. Serupa aku yang hari ini membayangkan senyum yang selalu kau hidangkan hangat-hangat dari oven hatimu. Aku selalu gembira dan lahap, menyantapnya sembari memandangi remah-remah kejora yang berjatuhan dari matamu.

"Apa kabar, Cinta?"

Aku tak pernah berniat menggantikan siapapun di harimu. Karena kami tak akan pernah sama. Begitu pula kau yang selalu istimewa bagiku. Bagaimana tidak, siapa lagi yang mau mencicipi sup waktu buatanku, selain dirimu? Karena aku tahu...rasanya mungkin kadang tak enak...atau terlalu banyak aku menuangkan bumbu. Tapi kau dengan tenang selalu berkata, "Suatu hari kau pasti bisa membuat sup yang enak, Fi. Teruslah memasak, pengalaman akan membuatnya semakin sedap."

Kau tahu, aku selalu ingin mendengarmu bercerita tentang mimpi-mimpi yang kau jerang di pendiangan. Atau melihat merah muda yang membulat seperti bakso di pipimu saat kau tertawa riang. Atau merasai stroberi yang dengan cueknya kau campurkan ke eskrim senja kita. Atau sekadar berbagi kentang goreng dari piring yang sama.

Aku tak punya lebih dari yang kau harapkan, mungkin. Aku pun tak pernah berharap setiap saat kau mengingatku. Untukku itu lebih dari cukup mengetahui kau baik-baik saja dan menikmati hari dengan sederhana...dengan rasa syukurmu yang kian bertambah pada Robb kita. Adakah yang lebih pantas aku harapkan?

Maka mungkin ini kerinduanku saja. Kerinduan atas tangan-tangan yang bergenggaman dari kejauhan. Tangan-tangan yang tak pernah segan mengulurkan rempah-rempah kebaikan, agar orang lain juga bisa merasakan lezatnya hidangan kehidupan. Tangan-tangan yang selalu ikut mengaminkan, doa-doa yang aromanya menguar dari tungku pagi dan petang.

Ah, bukan...bukan mungkin. Ini benar adanya.

: aku rindu kalian.




Bandung, 18.11.11
Untuk para sahabat...
yang tak perlu kucantumkan alamat untuk berjabat.



Gambar dari google.

Coretan #1



Mendung kali ini bukan abu-abu. Tak bisa kudeskripsikan dengan begitu jelas...entahlah, mungkin abu-abu tua, atau hitam muda. Yang jelas, aku melihatnya seperti ingin penuh memeluk langit. Lalu pelan-pelan terisak, dan setelahnya dengan ramai menumpahkan air mata. Aku yang hanya tak paham, "Mengapa kau memilih untuk menangis?"

Dulu, aku begitu percaya bahwa selalu akan ada pelangi setelah hujan. Tapi kini, setelah waktu mendewasakanku, aku jadi tahu...pelangi tak selalu ingin datang setelah hujan. Terkadang ia ingin menjadi yang tak diharapkan. Terkadang ia hanya ingin menyendiri, dan bermusuhan dengan sisa tetesan dan bau hujan. "Baiklah, kali ini aku juga mengerti."

Matahari. Sudah lama aku bersahabat dengannya. Meski terkadang seharian penuh berlari tanpanya. Meski terkadang aku lupa bagaimana hangatnya. Tapi aku tak akan pernah lupa, bagaimana cintanya pada dunia. "Terima kasih, untuk selalu kembali setelah pergi."

Ada yang kutangkupkan setelah sujud panjang. Di mendung senja, di lebat hujan, atau di sela-sela hati matahari. Itu untukmu, tahukah kau? "Berbahagialah, karena kamu selalu punya seseorang, yang begitu setia mendoakanmu."



Bandung, 13.11.11
- saat hanya ingin menulis, terinspirasi dari beberapa novel dan kumcer yang menemani akhir-akhir ini -

Untuk MalamBulanBiru



: malambulanbiru

Terkadang aku hanya tak paham. Apa yang membuat rembulan enggan pergi dari malammu yang selalu biru? Matamu yang selalu berbinar-binar mesra pada kata-kata, kah? Atau kepulan hangat secangkir kopi yang tak pernah sepi kau suguhkan?

Terkadang aku tak mengerti. Apa yang membuat langkahmu selalu jejak pada bumi-Nya yang kian renta? Jemarimu yang ingin selalu menari-nari dan menggamit senja, kah? Atau iringan lagu yang selalu ingin kau putar di belahan pagi manapun?

Lalu, hari ini...dengan apa lagi kau mau menyibukkan diri?

Bukankah kali ini, giliran semesta yang menyibukkanmu dengan doa-doa?

Ah, maafkan aku yang terlalu banyak bertanya, Duhai Pengelana. Aku hanya ingin turut bersuka, dan melukis sebuah matahari untukmu malam ini. Kecil saja. Bukankah terkadang kita tak perlu sesuatu yang besar untuk menyadari bahwa cinta-Nya itu sempurna?

Baiklah, ini saja yang ingin kukatakan :
Selamat milad, Mba Desi!
Semoga Alloh memberkahi usiamu,
serta menjadikannya hebat dan penuh manfaat :)


Bandung, 7 November 2011

Monday, November 7, 2011

Headlights




the world is sparkling now, but
say goodbye to this shining light
don't lose your way yet,
we will stand up
and now i'm living on...

the world is whispering,
covered in kindness,
"thank you"
because i heard your voice,
i'll stand up
and now i'm moving on...

- momaji

Tuesday, November 1, 2011

Berbeda yang Biasa



Tawaran itu datang lagi. Dan kali ini reaksi saya masih sama : hanya bisa tersenyum. Kaget? Pastinya. Tapi satu hal membuat saya kembali menguasai diri. Ini ujiannya. Dan ini yang harus saya hadapi. Melewatinya berkali-kali dengan hal yang berbeda pula membuat saya merasa lebih kuat kali ini.

Sungguh saya memahami. Ini kondisi berbeda tidak seperti yang orang-orang lain miliki. Dan saya hanya ingin tetap bersyukur untuk itu. Bersyukur masih diberikan-Nya kesempatan untuk terus bersiap dengan lebih baik, lebih paripurna. Bersyukur ditunjukkan-Nya secara nyata bahwa begitu banyak orang yang perhatian kepada saya, begitu banyak yang siap menggenggam saat akan terjatuh, begitu banyak yang siap memeluk saat butuh kehangatan. Alhamdulillah.

Apakah saya ragu? Hmm...selalu ada yang membisikan ragu. Tapi saat mengingat kembali Yang Utama yang harus diingat, hati saya kembali kuat. Mengapa harus ragu kepada sesuatu Yang Pasti?

Sudah saya bilang, beban ini kini bertambah. Saya harus kembali dengan bahu yang memperkuat dirinya. Dengan hati yang lebih siap menerima. Tangan yang harus lebih sering berdoa. Dan kaki yang tak pernah lelah melangkah. Tak perlu kecewa jika sudah terbaik berusaha. Tak perlu bersedih bila sudah sepenuh peluh bersungguh.

Saya hanya bertanya-tanya : Apakah ini sebuah kesalahan?

Semoga tidak. Dan semoga yang terbaik untuk orang-orang yang saya sayangi.

Saya sudah terbiasa menerima bahwa saya berbeda. Melihat yang lain merekahkan senyumnya, sedang saya hanya bisa memandang mereka dari kejauhan, itu sudah biasa. Sedari dulu bahkan. Ini hanya beda yang biasa lainnya. Dan pasti akan berakhir, dan membuat lebih kuat. Lebih berani.

Oiya, saya pun ikut bahagia melihat mereka. Sungguh.

Betapa baiknya nurani selalu mengingatkan saya untuk tidak berandai-andai, dan itu melegakan. Senyum malaikat bernama Bunda masih terasa, dan itu juga jauh membuat lebih melegakan. Pasti akan indah, pada akhirnya.

Terasa ya? Perjuangan itu. Subhanalloh...betapa dulu saya hanya menyimak, lalu terkadang memberi komentar yang tak jua membaikkan. Jadi merasa bersalah. Bahwa 'belum saatnya' itu terkadang menjadi sesuatu yang mudah diucapkan tapi terkadang begitu sulit diterima dan dipahami. Maafkan...

Lalu mengapa saya menulis ini? Sebagai penyembuh. Bukan dari sakit, tapi dari retak-retak kecil yang sepertinya butuh perekat lagi. Agar lebih tegar menghadapi. Agar lebih berani melangkahkan kaki.

Alloh, terima kasih...ini lebih dari cukup.

Sunday, October 30, 2011

Quote of The Day

"melihat buku-buku yang banyak membuat saya selalu senang karena bertanya-tanya; petualangan apa saja yang ada di dalamnya? apakah menginspirasi? apakah menggugah hati? apakah menyeramkan? apakah menghibur? tiap buku memiliki ceritanya dan jiwanya sendiri."
- akkadimana

Saturday, October 29, 2011

Daphne Odora



The white daphne odora that bloomed
on the sidewalk when I was younger
somehow has an adult scent
I really loved that white flower

In the park,
I played freely on the "revolving globe"
I got a little more cowardly since those times
so please protect me

I was watching the boat that was floating in a daze
which suddenly arrived in the ocean at night
Hey, don't laugh ok? Even those things make me
think happily of the younger me

I think that if we always share
things that we know with each other
even from now on
hey, would that be ok?

As always, the moments when I'm looking at your side
without being able to say anything
I think of the memories of a movie that I saw when I was young
& of the many small picture books that I've read

Even if we fight, I won't cry
but if I'm touched, I'll cry immediately
Even if they are just insignificant times in this universe,
I've come to live in this way

I got a little more cowardly since those times
so please protect me




*) a Matsu Takako song translation

Wednesday, October 26, 2011

Selamat Malam, Kamu

Selamat malam, Kamu.

Ya, Kamu. Dan ya, aku memang belum tidur.

Entah kenapa akhir-akhir ini jam tidurku menjadi semakin aneh. Dulu aku pikir insomnia hanyalah nama. Atau efek yang hanya akan dirasai oleh orang-orang di luar sana. Tapi kini, aku sendiri mengalaminya.

Padahal kalau dipikir, bagaimana bisa? Sedang tubuh ini seringkali terlalu lelah. Bahkan untuk sekadar memikirkan mimpi. Maka saat kasur empuk memanggil, bukankah itu saat terbaik untuk menyambut sapaannya? Hmm...tampak tidak untukku.

Kamu, apa kabar? Ya, aku memang sedang kebingungan...hingga kusadari mungkin hanya kamu yang bisa kusapa dan kutanyakan kabarnya. Baiklah, tak apa bila tak ingin menjawab. Mungkin itu sesungguhnya jawaban, bahwa kamu baik-baik saja.

Belakangan ini aku terlalu banyak bergaul dengan kalkulator dan telepon. Dan jariku seringkali terbalik-balik menekan angka dua menjadi delapan. Punggungku terikat di atas kursi berwarna hitam, sedang kepalaku menyiapkan diri menerima benda putih dalam wadah biru.

Tapi tahukah, Kamu? Bahwa selalu saja ada seseorang yang menenangkan. Mengingatkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Setidaknya pada akhirnya. Dan dia sedikitnya bisa membuat bibirku bergerak sedikit ke kiri-kanan. Bukankah itu juga adalah keajaiban?

Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung di kepalaku. Dan jawabannya masih bersembunyi dan belum mau menampakkan diri. Biarlah, aku akan bersabar. Bersabar dengan berjuang. Karena berjuang jua adalah kesabaran. Begitu kan, katamu?

Aku pernah bilang pada waktu, agar dia berhenti sebentar saja. Aku ingin menghela napas sejenak...lalu membiarkan tawaku mengelana. Tapi Kamu, dia tak pernah menurutiku. Dia berlari...terus berlari...dan aku tertatih menyejajarinya. Ah, apa? Seperti ucapan berwaktu lalu? Ya memang, karena aku masih saja berpijak di batu yang sama.

Kamu, bila suatu saat nanti ingin mengulurkan tangan, maka bersiaplah untuk menggenggamku erat. Karena aku begitu ceroboh, dan seringkali tersandung kerikil hari. Bila tak hati-hati mungkin kamu akan mencelakakan diri sendiri.

Dan bila tidak, Kamu, maka aku dengan senang hati akan tetap bercerita dengan cara yang sama. Pada wujud maya yang selalu nyata.

Ah, terima kasih. Telah begitu baik menemaniku malam ini. Selamat malam :')

Monday, October 24, 2011

Berlari Sendiri


Perjalanan ini berlari di atas kaki kita sendiri,
menghitung jejak dengan iringan detik di arloji senja.
Ada yang kau nanti saat berdiri,
atau mungkin saat melipat kakimu lagi dengan sengaja.

Camar kembali pulang,
dan kepaknya membuat hatiku berdentang
...untuk ke sekian kalinya.
Karena ia ingatkan aku pada dirimu,
yang pada akhirnya takkan lagi membuatku gamang.

"Aku ingin seperti nelayan...", katamu suatu pagi.
"Berlayar, melempar sauh, dan kelak...menjaring matahari."

Dan aku hanya bisa tersenyum, 
lalu ikut memeluk mimpimu.

Ini pepasir yang butirannya merayuku.
Ingin aku tulis namamu,
tapi pada akhirnya aku tak pernah mau.
Sebab ombak akan menghapusnya lagi.
Maka kubiarkan rinduku menggenang,
di sepanjang pantai aku kan mengenang.

Suatu hari nanti aku ingin kau berjanji,
...kau takkan pernah biarkan aku berlari sendiri lagi.





Lepas Pangandaran,
231011

Wednesday, October 12, 2011

A Journey Back Into Love



This is a journey back into love
I was hearing someone whisper in my ear,
"Welcome home, Dear."

Monday, September 26, 2011

Hanya Sebuah Kerinduan, yang Kutitipkan

Deru APV merah marun itu rasanya masih dekat di telingaku. Meski enam tahun sudah berlalu. Itu dirimu, yang mengemudi...sedang aku dengan asyiknya memandang jendela sebelah kanan di barisan paling belakang. Ini mobil yang kita sewa bersama teman-temanku dan orang tuanya, untuk sama-sama menuju kota paling hijau.

Tak pernah sekali pun aku menikmati proses menjadi (maha)siswa baru dengan dirimu di sisi. Tak pernah. Maka, saat kali itu kau bersamaku...mungkin itu hadiah dari-Nya untukku. Tanpa pernah kusadari. Dahulu...

"Ini tembok Berlin..." katamu sambil tersenyum.

Dan aku hanya tertawa karena mengira kau bercanda. Bagaimana lah? Aku tak pernah tahu kau bahkan begitu mengenal tempat ini.

Itu gedung biru tersenyum padaku. Kau bilang, "Bisa kan kau mengurus semuanya sendirian?" Dan aku mengangguk, sambil berkata pada diriku sendiri : Ini laki-laki, begitu percayanya aku bisa melakukan semua. Ah, bahkan dia begitu sedari dulu.

Saat aku tahu, gedung itu tempat memulai, dan kelak gedung itu pula tempat untuk mengakhiri, saat aku pertama kali mengenakan almamater biruku, ada yang berbisik di dalam dada : Kelak aku akan berfoto denganmu di depan gedung ini...dengan pakaian hitam kebesaran, dan seuntai tali di atas topi persegi.

-------------------------

Suatu malam, kau bilang kau sudah sampai. Di kota tempat aku melihat dunia yang lebih besar. Hujan besar. Aku ragu untuk pergi. Tapi saat aku membayangkan wajahmu yang selalu rindu menyambutku, kakiku mengajak untuk melangkah padamu. Maka dengan payung merah jambu...aku tak peduli meski hujan menciprati tubuhku. Biarkan hatiku basah, oleh senyummu, Lelaki.

Pertemuan itu berbilang menit. Dan kau lalu kembali ke tempat yang sampai saat ini kusebut kampung halaman. Paginya, perempuan pagimu sudah mengabariku, kau sudah tiba di bilik kecil yang kita sebut rumah. Ini tentang detik-detik yang selalu kuingat bersamamu, duhai Lelaki, yang selalu sama berharganya dengan genggaman hangat di malam hari dengan ceritamu di sepanjang jalan. Atau gendongan lembut saat memindahkan tubuhku yang tak sengaja tertidur di depan televisi.

"Teteh lagi apa?" Itu suaramu di telepon.

Kau sedang bertugas di luar kota, dan masih saja menyempatkan diri mendengar suaraku. Aku bercerita bahwa aku sedang rapat organisasi. Tak dapat kulihat wajahmu malam itu. Tapi mungkin kau tersenyum dari kejauhan, mengetahui aku begitu serupa denganmu...gemar rapat sana-sini.

Di sela percakapan kita, kau batuk sesekali. Ah, mengapa aku tak sadar...usiamu beranjak...dan tubuhmu tak lagi seperkasa dulu.

-------------------------

Duhai Lelaki, tahukah kau? Tiga hari yang lalu gadis mungilmu mengenakan toga pertamanya. Dia begitu bangga, dan kupikir begitu pula dirimu. Ini adikku yang begitu membanggakan. Dan hei lihat, bukan kah dia begitu cantik seperti ibunya?

Kau pasti sepakat denganku, bukan?

Ini tentang bagaimana dahulu aku pikir kami tak akan sampai ke sana. Ini tentang keraguan apakah aku akan berhenti begitu saja. Ini tentang pertanyaan yang selalu ada di kepala : Apakah kami bisa? Tapi nyatanya, ada yang selalu bergumam lembut di hati kami : Alloh selalu punya cara, membahagiakan hamba-Nya yang dengan segenap hati berusaha mengubah nasibnya.

-------------------------

Malam itu aku terisak. Menyadari bahwa tak sekalipun aku pernah mengucap cinta untukmu, Lelaki. Oh, mungkin pernah...tapi dulu sekali. Dulu yang bahkan tak pernah bisa kuingat lagi. Aku ingin mengucapnya untukmu, tapi terlambat, Dia sudah memintamu kembali. Lalu aku...aku hanya bisa berulang menyebut namamu, kini dalam doa-doaku.

Aku mengerti. Tak pernah lagi kudengar deru APV merah marun yang sama. Tak ada dirimu di sampingku berfoto dengan baju kebesaran dan tali yang menjuntai di atas topi persegi. Tak bisa kudengar lagi suaramu di telepon malam hari. Ya benar, ini hanya sebuah kerinduan...yang bisa kutitipkan. Semoga kelak sampai padamu.




Sungguh Lelaki : Aku mencintaimu.










Bandung, 26 September 2011

Selamat milad ke-52, Papah ku tersayang...
Ayah juara sepanjang masa!
Terima kasih telah menaburkan matahari,
di sepanjang jalan kami :)

Friday, September 23, 2011

(Tanpa Judul #1)

Apa yang membuat matamu begitu mendung memandangku?
Padahal sungguh nyata, gerimis di mataku. Tadi pagi.

Aku hanya ingin rengkuh hangatmu, memayungiku.
Itu saja. Biarlah luka bermuara, hingga akhirnya.

Dan aku pernah bermimpi, bersama kita menginjak biru dan jingga.
Di fajar, di senja. Adakah ia, setelah gemuruh sirna?

Tibatiba aku meragu, mengingat bekumu.
Tuhan tolong, jangan lagi ada badai.
Cukuplah dia di sana, menyaksikan mata airku bercerita.

Setidaknya aku tahu, dia baikbaik saja.
Meski tanpa pelangi, dan juga aku.



(perlahan mataku beranjak, menyaksikan awan berarak pelan)



Bandung, 23 September 2011
*hanya ingin menuliskan...sekelebat bayang lepas pagi tadi*

Sunday, September 18, 2011

Penjaga Rahasia

Sesekali aku merasa geli dengan sebutan ini. Apa lah. Kita hanya dua, yang dipercaya pula oleh dua. Lebih tepatnya mungkin: mereka menitipkan rahasia, pada kita.

Nyatanya, kita sama-sama ingin berada di sana. Menyaksikan kedua mata mereka bercahaya. Tapi apa daya, kita tak diizinkan rupanya. Biarlah jika demikian, kita titipkan saja mereka, pada Sang Maha Penjaga.

Apa yang lebih berharga dari sebuah rahasia? Kepercayaan untuk menjaganya, menurutku. Tak semua orang bisa mendapatkannya, bukan? Rahasia apa pun itu.

Bagaimana pun, aku tersenyum hari ini.

Saturday, September 17, 2011

Pertanyaan Pagi

Tiba-tiba aku tercenung, oleh seutas kata pagi ini. Aku memikirkannya sejenak. Diam. Lalu tiba-tiba aku teringat lagi, bahwa semuanya sudah tertulis. Aku lah yang tak boleh meragu. Aku lah yang tak boleh berhenti pada ikhtiarku. Bukankah hidup, selalu mengajari kita -pada akhirnya- untuk menerima?

Ini tentang langkah yang ingin Disempurnakan-Nya. Sepertinya Ia sudah Mengajakku berbelok. Memberiku tanjakan yang curam, serta sesekali turunan yang landai. Lalu mengapa, terkadang aku begitu malas menjejakkan kaki? Atau selalu bertanya-tanya tentang akhir dari perjalanan?

Itu mata. Yang senantiasa mengalirkan beningnya untukku. Sesekali berbinar, padahal aku ingin itu selamanya. Belum, belum cukup kuat mungkin aku menyalakannya. Itu saja saat ini, aku ingin itu. Biarlah itu menjadi, yang tergantung paling dekat dari keningku.

Ada lagi. Kaki-kaki mungil yang selalu mengajakku menapak menuju puncak. Sesekali mereka menarik lenganku, memintaku bercerita ini-itu. Dan selalu, akan ada lengkungku di sela-sela kebersamaan bersama mereka. Ah bukankah, sesungguhnya itu lebih dari cukup?

Ya, mungkin ini juga yang terpikirkan. Tapi kalau sudah meyakini, mengapa mesti meragukan? Yang terbaik, sudah disiapkan. Untuk perjuangan terbaik pula. Lalu mengapa harus bersedih?

Ah, banyak sekali pertanyaanku pagi ini.




"Apa yang kucari pagi ini selain dirimu, Matahari?"

Friday, September 9, 2011

Hadiah Untuk Bumil

: Diah

Ada yang terpeluk kalbunya
Saat kau lantunkan puisi-Nya
Bersama doa-doa cinta

Ada yang tergerak jemari kaki dan tangannya
Saat kau ceritakan dengan ceria
Hari-hari bahagiamu menantinya

Ada yang ingin segera melihat dunia
Dan kelak mengecupmu dan berkata :
"Ummi, aku mencintaimu karena Alloh..."


Bandung, 9 September 2011

Sebuah hadiah milad untuk Bumil :
Barokallohu fii umrik, Diah
Calon Ummi yang kelak akan dicintai oleh anandanya, insyaAlloh...
Semoga bilangan usiamu senantiasa bermanfaat untuk ummat. Amiiin Yaa Robb :')

Sepasang Kerinduan yang Bertamu Lalu Bertemu

Ini kisah sepasang rindu
yang begitu ingin bertamu
Tapi sebelumnya tak pernah tahu
ke arah mana harus menuju

Lalu mereka
Mengikhtiarkan niatnya
Melayangkan doadoa
Di pagi... Di senja...
Di sepertiga gulita...

Mengucap harap, mengadukan resah
Meminta dalam pasrah
Pada Sang Pereda Gelisah
: sungguh Robbi, kami ingin bertemu karena-Mu...

Maka Ia tuntun langkah kakimu
Mengetuk pintu,
Menyercah jendela cahaya,
Dan mengajaknya menuju tanah lapang
: bernama cinta

Segera membersamaimu, Saudaraku
Pasangan rindumu yang sejak dulu
jua ingin bertamu dan bertemu
: dengan hatimu




Bandung, awal Syawal 1432 H

untuk saudara dan saudariku yang akan segera berbilang genap Syawal ini
: Barokallohulaka wa baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir...

Monday, September 5, 2011

Tuhan Titipkan Padamu, Gadis

Tuhan Titipkan usia, di langkahmu, Gadis
Agar kau berjalan tegap
Dan kelak menjelajahi dunia dengan lengkap.

Tuhan Titipkan bahagia di jemarimu, Gadis
Agar kau tuliskan itu cinta
Dan membaginya dengan sesama, pun nanti, dengannya.

Tuhan pun Titipkan beban di pundakmu, Gadis
Agar kau belajar, mungkin juga menangis
Tapi sungguh, kuatmu kelak kan berlapis.

Maka tersenyumlah, Gadis
Allah Mencintaimu, lebih dari yang kau perlu *)




Bandung, 5 September 2011
- Hadiah milad dadakan untuk Mba @ekasept
Barokalloh fii umrik mbaaa :))

*) saya kutip dari kata2nya Ajuj dalam novel Galaksi Kinanthi-nya Tasaro GK

Saturday, September 3, 2011

Bidadari yang Kau Temukan di Dalam Pendiangan

Diakah,
Bidadari yang kau temukan di dalam pendiangan?

Sedari jauh sudah bisa kulihat
Serunai lembut putih hatinya
Dari kepulan asap yang mengelana

Kerjap kejoranya di ujung tungku
Terkadang membuatmu terpaku
Atau mungkin, tak pernah rasa lagi abuabu

Dan hari ini
Kau akan menggenapinya
: Bidadari itu,
yang kau temukan di dalam pendiangan

Ah, aku tahu sejak lama, Kakak
Sejak gemerisik kekayu beraduadu
Sejak percik pertama nyala api
Berkobar di matamu

: ini bidadari,
yang sayapnya kelak
tak akan pernah berhenti memelukmu hangat





Karawang, 3 September 2011

~ A wedding gift for my cousin and his angel,
Aa Nugraha Arief and Teteh Latifa Annisa
: Barokallohulaka wa baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir
So, when the wings are completed, what else do you waiting for fly? :')

Friday, August 19, 2011

Jelang Penghujung Ramadhan

Alloh,
Terima kasih... Engkau memang Maha Baik.
Begitu beruntungnya hamba dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi hamba.
Jagalah mereka, Robb...
Dalam kebaikan,
Dalam kesehatan,
Dalam ketaatan pada-Mu,
Dan dalam kasih sayang-Mu yang abadi.

Sungguh hamba seringkali merasa,
tak pernah mampu membalas kebaikan yang mereka lakukan.
Maka balaslah kebaikan mereka semua, Robb...
dengan yang lebih baik.

Alloh,
Berulang kali pintaku Kau Kabulkan
Secara nyata.
Ampuni, Robb...jika lidah ini masih begitu kelu
mengucap syukur pada-Mu
Jika masih kata keluh,
yang seringkali meluncur tanpa rasa malu
Ampuni Ya Robbana...

Izinkan hamba, Ya Alloh...
Kembali mengetuk pintu-Mu
Yang mungkin telah berulang kali,
hamba tinggalkan pergi...

Wednesday, August 10, 2011

Good Morning, Life!



























Good morning, Life!
It always nice to see u again
Everyday
Though sometimes I feel like
not ready to face it at all
But you still there,
and time runs without waits

Thank you, for teaching me lots
To always thank God for everything I get
Alhamdulillah :)

Somewhere Over The Window




Somewhere over the window
I saw happiness just like a swallow
Spread away the sparkling light
On my precious night


Bandung, August 9, 2011

Thursday, August 4, 2011

Dear Mom #2



Untuk siapa aku memintal doa?
Untukmu, kataku.
Yang tak pernah henti merajut cahaya untukku.

Di tanganmu jejarum dan bebenang cinta.
Perlahan silang menyilang,
di pelukmu yang menghampar, hangat.

Maka apalah artinya selembar dua
makna dalam genggamku?
Jika nyatanya, selendang sayangmu merentang,
di sepanjang usiaku.

Izinkan Bunda,
tangan ini tak letih menyulam sabit di bibirmu
dan manikmanik di binar matamu.

Sebab ia selalu bernama bahagia,
saat kau merengkuhku,
dalam selimut paling cinta.

Tertemukan Arah

: Kepada Ungu

Pagi itu kau bilang, kau tersesat
Namun aku bilang, itu takdirmu belum merapat
Ia sedang melempar sauh,
di sisi waktumu yang lain

Sempat kudapati remahremah kejora
Pada rindumu yang bermuara
Di doadoa, lepas shubuh, dzuhur, atau isya'

Kelak kau tak butuh penanda,
dan sepi akan sendirinya pergi tanpa kau minta
Sebab ikhtiarmu, tlah tertemukan arah-Nya

Benar kan, Tuhan?


~ 4 Agustus 2011 : Selamat milad! :)

Friday, July 29, 2011

Sebuah Catatan Akhir Bulan

Ada tanggaltanggal yang merasa
harus kau kejar. Saat tibatiba ruangan
menggigil, lalu bermenit menyekap
waktu. Ini, katamu, sesuatu yang harus
kau beri tanda. Titik. Atau koma.

Ada lingkaranlingkaran almanak yang
tiba-tiba mengejekmu. Merepih perihmu.
Mengajakmu tertawa, dengan air mata.
Lalu menggamit lengan waktu
dengan paksa. Apalah? Bagaimanalah?

Mungkin artinya;

Ada harihari di mana kau harus
lebih giat mencinta. Ditemani sedikit
goresan pensil warna pelangi. Biar
musnah semua pepat penat. Dan senyum
melahirkan gema. Dengar. Dan rasakan.

; karena sesuatu itu, membuatnya berbeda.

Monday, July 18, 2011

Ini Untuk Kita, Sayang

Ramadhan tak akan menunggumu, Sayang. Ia akan berlari begitu saja, bila kau tak bersiap mengucap salam padanya, dan mengajaknya berbincang. Ia hanya akan memeluk, hatihati yang tunduk.

Ramadhan tak akan menantimu, Sayang. Sinarnya akan datang secepat kilat. Dan hanya menerobos jendelajendela yang bening. Tak dapatlah ia menembus kekarat yang menguning, atau debu yang menebal di sepanjang kalbu.

Malam ini rembulan penuh.
Menyisakan waktu yang tinggal separuh.
Jua membagi cahyanya pada jiwajiwa yang kumuh.
: adakah itu, kita?


--------------------------
Bandung, Pertengahan Sya'ban
Pengingat diri, yang belum jua tunai bersiap...

Allohumma balighna fii Ramadhan,
Marhaban Yaa Ramadhan...

Pagi yang Mendung di Stasiun Bandung

: lepas subuh
Waktu merentangkan tangannya lebarlebar. Ia biarkan
jarak menjadi sabar. Menghitung detik demi detiknya
dalam kisah yang terpapar.

(1)
Aku lihat kepala stasiun tersenyum. Mungkin ingat
doa yang fajar tadi terlantun.
Atau gaji ketigabelas yang sebentar lagi tiba.
Meski merubah nasib begitu berat adanya. Ah, biarlah katanya.
Syukur bisa merubah segala.
Gerimis manis menjadi melodis,
dan sumbing sumbang menjadi terkenang.

(2)
Dari pintu loket sempat kusapa engkau.
Duhai yang menyajikan sedap pandang mata. Di antara
semburat jingga matahari pagi. Itu
dirimu yang mengecup mimpi.
Dalam degub takjub, ada nama-Nya yang
selalu kau katup. Alangkah bangganya yang
tertitip rizki di sela jemarimu.
Harum aroma dari pintu ke pintu.

(3)
Di tepi antara jalur dan lajur. Kupegang karcisku
eraterat. Arahku bukan menuju
kota impian. Hanya sebuah percik perjalanan.
Tempat aku menitipkan tenang.
Di antara kata gamang. Lalu kusesap
lamatlamat udara itu. Udara yang kelak
akan membuatku kembali pulang,
ke rindumu

(4)
Kereta bergerak dan berhenti.
Sebagian membawa hatiku pergi. Sebagian
kutinggalkan di kota ini.
Di mana kota idaman?
Di hati kita, katamu.
Dan aku tak pernah percaya.
Hingga pagi ini,
aku terhenti sampai di sana.

-------------
inspired by Suatu Siang di Stasiun Juanda by Salman Rafan
(http://topenkkeren.multiply.com)

Saturday, July 9, 2011

Laki-laki Pemberani Itu...

Bismillah...

Memilikimu adalah anugerah bagiku. Seseorang yang memanggilku dengan panggilan hormat. Siap menemani di saat butuh tempat untuk sekadar didengarkan. Atau mempercayakan sepercik rahasia kecilmu padaku. Itu, sudah cukup membuatku merasa berharga.

Irikah aku padamu? Mungkin sempat. Tapi kini lebih sering kebanggaanku padamu yang meluap-luap. Atau kepercayaanku yang meningkat berlipat. Ini bukan hanya tentang rentang usia yang Ia amanahkan padamu, tapi mendewasanya engkau dengan langkah yang nyata. Meski mungkin sesekali terjatuh. Ah, bukankah jatuh itu adalah hal yang biasa?

Apa yang bisa kubayangkan, saat lelaki mungil yang baru saja lulus dari seragam putih biru harus menanggung beban sebagai laki-laki satu-satunya di dalam rumah?

Tak terbayangkan olehku.

Tapi kulihat kau dengan berani menegapkan bahu, lalu melangkah maju. Merelakan kemampuan terbaikmu untuk pergi sementara. Ah, aku begitu khawatir. Bukankah itu masa-masa istimewamu sebagai remaja? Masihkah engkau merasa cerianya?

Lalu kali kedua kau bilang pada bunda, "Tak usah Bunda, simpan saja...sayang uangnya." Itu saat kau mau mendaftar di perguruan tinggi yang kau cita. Bunda yang tak rela, seperti juga aku, bila kau mengabaikan mimpi-mimpimu. Maka bertarunglah kau dengan berani, dan apapun hasilnya...bukankah Dia sebaik-baik pemberi keputusan?

Matematika kita takkan pernah berhasil menghitung angka-angka kehidupan. Matematika-Nya lah yang sempurna. Saat Ia menyempurnakan ikhtiarmu, maka sekali lagi : melangkahlah kau dengan berani.

Yang kau ukir itu cinta, Sayang. Senyum bahagia yang tak pernah lepas dari wajah Bunda saat ia mengingat di mana kau menjejakkan kaki hari ini. Harapan Bunda jua. Kau penuhi dengan sederhana. Sesederhana berjuang dengan sungguh, lalu menyerahkan pada Alloh hasil akhirnya. Bukankah itu sejatinya sederhana?

Melihatmu, yang mencintai apa yang kau kerjakan saat ini adalah kebanggaan terbesarku. Menjadi tegar, menjadi lebih berani. Dan memaknai tanggung jawab dengan lebih sempurna. Makin dekat pada-Nya. Makin dekat pada-Nya.

Sembilan belas tahun ini menjadi saksi, betapa beraninya dirimu menghadapi hidup. Terima kasih telah begitu tegar dan sabar. Terima kasih telah berusaha yang terbaik untuk selalu menyemai pelangi di hati Bunda dan hati orang-orang yang kau cinta.

Terima kasih, telah berusaha menjadi adik yang baik untuk Teteh dan Eni. Juga kakak yang baik untuk Adek. Dan anak laki-laki yang paling membanggakan untuk Papah dan Mamah...

Selamat milad, Abangku Sayang.
Adik laki-laki pemberaniku sepanjang masa...
Semoga Alloh senantiasa memberi keberkahan di setiap langkah usia...
Menjadikan Abang seseorang yang menebar manfaat bagi sesama...
Tetaplah menjadi Abang yang luar biasa :')
Amiiin Ya Robbal 'Alamiiin...



-----------------
jelang tujuh juli, miladnya yang kesembilan belas...
...laki-laki pemberani itu adalah adikku

Wednesday, June 8, 2011

Forever

It’s a beautiful world
Let’s fly away into the sky
You know it feels right
With a worn out map as our guide
Tryin' to move a world that's stopped we're searching for...the answer

Looking like the moon
Cold and sad's as it seems to be
Feeling down and out
Won't you come and shine on me
You're the perfect light of my life
Shining brightly

Loving you forever
Shine so beautiful and brightly
I've got you
You've got me
Holding each other
From the world's end to another
No matter where we go together
Tenderly into the blue

The way that you walk
The way that you talk
Seasons will change
Kids get new names
"Fame" is just another cover saying
We should try to go and better ourselves
Well at the end of the day
All you see is yourself
So settle down now go look in the mirror realize
Just a glance will paralyze
and convince you otherwise
The contentment that you knew
I'm guilty of it, too
It’s not over yet, our journey will still continue on

What a wonderful world
Looking all around for love
I've filled my pocket up with freedom and loneliness
So settle down now I'm just gonna keep the pace
Cause I'm learnin' all the time
I need you by my side

All those wishes there just as we left them behind
You're the perfect light of my life
Shining on me

Loving you forever
Shine so beautiful and brightly
I've got you
You've got me
Holding each other
From the world's end to another
No matter where we go together
Tenderly into the blue

Now the two of us are becoming just as one
The world is turning round and round

Loving you forever
Shine so beautiful and brightly
I've got you
You've got me
Holding each other
From the world's end to another
No matter where we go together
Tenderly into the blue

I just wanna live forever
Always will come in my heart
Always will we be together
Love one another
Always in my heart you'll be



*) a song by Monkey Majik, love it much :)

Monday, June 6, 2011

Dear Kamu, Yang Setia Mendengarkanku, Bahkan Tanpa Aku Minta

Dear Kamu,
Terima kasih telah setia mendengarkanku, bahkan tanpa aku minta. Terkadang aku sendiri lupa, bahwa aku selalu punya seseorang untuk mendengarkan. Ah, aku terlalu takut berkata-kata. Hingga langkahku terkadang kulihat makin tak nyata. Apa ini, yang membuat rasa tak lagi ada?

Aku pernah bertanya pada suatu pagi. Mengapa begitu sulit untuk menjadi sederhana? Padahal aku hanya ingin itu. Menjalani skenario dari-Nya sebagai sebaik-baik pemeran. Bukankah sejatinya itu begitu sederhana? Lalu, bagaimana? Ajari aku.

Kamu, apakah sering mendengar keluhku? Itu bentuk duka atau protes yang sia-sia menurutmu? Sudah sering kau dengar pula bukan, aku tak pernah suka. Tapi aku membiarkan diri larut dalam siksa. Ya, siksa yang kubuat sendiri. Bukankah katamu, Tuhan takkan merubah nasib kita bila kita tidak berusaha? Lalu, apakah sungguh aku sudah berusaha? Sebaik-baik usaha?

Realita. Terkadang ia yang mencengkram hari-hariku. Menghantui di gegantung mimpi-mimpi. Ah, betapa merugi...hati yang resah karena sesuatu yang tak pasti. Bahkan aku tak berusaha membuatnya pasti.

Tahukah kamu? Ada yang berusaha kuculik setiap pagi. Cahaya langit yang menyinari impian di bumi. Aku berusaha mengurungnya dalam toples kecil di pojokan, tapi tak pernah berhasil. Aku rasa, karena aku tak pantas mendapatkannya. Mungkin terlalu mahal untuk wadah jiwa yang tak lagi bening.

Perlahan kulihat mataku melebam. Sinarnya meredup. Dan aku mulai mengasihani diri sendiri. Apalah, katamu. Aku tak boleh begitu. Katamu aku tegar. Katamu aku kuat. Katamu aku harus berubah! Bisakah? Tanyaku rapat-rapat.

Lalu kamu tersenyum, dan menggenggam erat tanganku. Memelukku dengan sabarmu. Membelaiku dalam rengkuh kokohmu. Aku terisak.

Maka, mencuri senyummu adalah saat-saat bahagiaku. Memastikan kamu baik-baik saja. Karena terkadang, aku hanya ingin didengarkan oleh kamu, bahkan tanpa aku minta. Dan kupikir itu cukup, untuk membuatku tetap bertahan. Semoga.

Friday, June 3, 2011

Untuk Bunda Yoyoh Yusroh

Bunda,
Aku percaya
Jiwa yang baik akan berkumpul dengan yang baik
Dalam ridho-Nya yang melingkup semesta

Maka jika kepergianmu adalah suatu niscaya,
Izinkanlah kami memaknai
Arti pengorbanan, perjuangan, serta ketulusan
Dari beningnya hatimu...
Dari mulianya akhlakmu...
Dan dari amal nyatamu untuk ummat...

Suatu saat nanti,
Aku ingin bertemu lagi denganmu, Bunda
Dalam jannah-Nya yang kita cinta

Karawang, 21 Mei 2011

~ Innalillahi wa innailaihi ra'jiun, satu lagi ibu terbaik diminta pulang oleh-Nya...
Turut berduka atas wafatnya Ustadzah Yoyoh Yusroh, ibunda 13 penghafal Al Quran
Semoga Alloh memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.. T_T

Thursday, May 19, 2011

Untuk Bidadari Biru

Hari ini, biru meluruh dari langit
Bukan, bukan karena ia tak cinta
Tapi karena ia mungkin merindumu jua

Duhai Bidadari Biru,
Goresan penamu adalah goresan surga

Maka bila hari ini kami menitikan air mata
Pastilah karena juangmu pada semesta
Juga cintamu,
pada Rabb kita...



18 Mei 2011
Turut berduka atas berpulangnya Mba Nurul F. Huda. Salah satu inspiratorku di dunia kepenulisan.
Semoga Alloh merengkuhmu dalam Peluk-Nya dengan paling sayang ya, Mba... T_T

Saturday, May 14, 2011

Lingkan : Semoga Bahagia Memelukmu Erat

: Lingkan

Aku ingat langkahku malumalu
Saat ada yang menyatukan genggamku
dengan genggammu
Ini mungkin perkenalan kita, yang dipeluk rindu
Karena aku masih merindu kita bertemu di suatu waktu

Bagaimana aku mengenalmu, duhai gadis?
Melewati katakata ritmis,
Atau kicauan di sela gerimis
Itu dirimu, yang tersenyum manis

Kini, ada yang datang menggenapimu;

Dia. Yang kau sebut dalam doadoamu.
Yang menyebutmu dalam doadoanya.

Dengannya, kau akan mengeja cinta

Maka bagiku,
Melihatmu dalam gaun suci
Dan bersamanya mengucap janji
Adalah kebahagiaan hati...

Semoga bahagia memelukmu erat, Lingkan :)



*) kado pernikahan Lingkan-Sonny (1 Mei 2011)

Thursday, April 14, 2011

Melankolia Kita

Doa itu sudah kutitipkan.
Pada sayapsayap senja. Sore tadi.
...dan berpilinlah dua doa ke langit tertinggi,
tempat dua hati melabuhkan sepi.

Langit bertanya, apa yang kau minta?
Lalu kujawab, cinta-Nya dalam setiap detik usia.
..dan bertemu sebelah jiwa agar din ini menjadi sempurna.



*) lagi, sebuah balas-membalas kata bersama Mba Ajeng. Saya membuat dua baris pertama di tiap bait, dan Mba Ajeng sisanya. Melankolia kita...

Monday, April 11, 2011

Apakah Doa?

Apakah Doa?
Saat kata berubah cahaya.
Melesat.
Menuju-Nya.

Saturday, April 9, 2011

Semoga...

Semoga Dia memberimu keberanian
Untuk mengatakan kebaikan
Lalu tersenyum, karena ia sudah tertunaikan
Biarlah hasil akhir pada-Nya diserahkan...

Semoga Dia memberiku kekuatan
Untuk tetap bertahan
Mesti perih sedu sedan
Tapi apa yang lebih indah dari perjuangan?

Semoga Dia memberi kita kesempatan
Untuk saling berdekatan
Berlabuh pada tepi-tepi malam
Lalu bersama mengucap doa dalam-dalam...

Sunday, April 3, 2011

Hujan Pertama di Bulan April

Hujan pertama di bulan April
Masih tersisa senyummu di sela rintiknya
Juga kebersamaan, yang terasa menentramkan

Bukan langit pekat yang kuharapkan,
cukuplah gerimis yang meneduhkan
Lalu biar kusesap, bau tanah setelah hujan

Apakah di tempatmu,
ada melankolia yang sama?

Ini hujan pertama di bulan April
Tepat setelah langit kembali cerah,
aku menitip harap...

...agar pelangi itu segera datang.

Dear Matahari...

Dear Matahari,

Bagaimana kabarmu di sana? Semoga bahagia, bersama cahaya kebaikan yang setia menemani, hingga akhir nanti. Aku tak bosan meminta pada-Nya agar kelak kita menikmati surga-Nya bersama. Aku menyayangimu, meski itu jarang sekali keluar dari ucapanku, dulu.

Aku semakin dewasa sekarang. Apa kau bisa lihat aku? Aku bukan lagi anak kecil yang merengek minta dibelikan jajan, atau remaja yang minta kau jemput setiap pulang. Tapi aku masih ingin sekali...kau acak-acak rambutku, lalu kau gandeng sepanjang perjalanan menuju rumah.

Apa impian-impianmu, Matahari? Maafkan, bila aku tak pernah sekalipun bertanya tentang itu. Yang aku tahu, kaulah orang pertama yang selalu berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kami. Mengantarkan kami pada sesuatu bernama keberanian. Lalu membiarkan kami sendiri menemukan jalan, sambil kau pandang dari kejauhan. Maka masih saja senyummu membekas, dan bau keringatmu menempel di sepanjang langkah kami.

Malam terakhir bersamamu, itulah saat terakhir pula aku melihat tawamu. Ah, mengapa aku tak jua menyadari saat-saat kau melemah. Genggamanmu yang tak sekuat dulu saat menggandeng tanganku. Kerutan di wajahmu yang kian bertambah setiap waktu. Maafkan...

Terima kasih, Matahari. Bagi kami, sinarmu tak pernah padam. Bahkan pada saat langit paling kelam.

Tuesday, March 29, 2011

Tetiba Ingat Kamu

Aku baru saja menatapi beberapa lembar halaman novel ini. Lalu entah mengapa aku tetiba mengingat dirimu. Biarlah, daripada aku tak menuliskannya...kurasa itu justru bisa membuatku berburu banyak tanya.

Apalah yang kuingat dari dirimu. Tak banyak. Karena aku tak begitu lama mengenalmu. Tak juga membersamai banyak hari denganmu. Biasa saja, tapi saat bersama selalu terasa istimewa.

Satu yang kupercaya, mimpimu luar biasa. Juga keteguhan hatimu untuk bisa mewujudkan mimpi itu. Aku percaya, dan kamu harus lebih percaya dariku. Sebab mungkin, mimpimu lebih dekat dari mimpiku. Maka, melangkahlah...melangkahlah...

Berkali aku mencoba memahamimu lewat kata, mungkin tak cukup jua. Biarlah, aku cukup menikmatinya karena sentuhan berbeda rasanya sampai pada hatiku. Terkadang meriak, tapi lebih sering hangat. Dan terkadang itulah yang kubutuhkan sangat.

Maka, mengenalmu adalah sebuah kesyukuran bagiku. Merasakan kau ada dan berbagi makna. Itu saja. Dan aku sudah bahagia dengannya.

Hei, aku sadari sunyi sering bersembunyi akhir-akhir ini. Syukurlah... Karenamu? Mungkin. Tapi lebih mungkin ini karena diriku yang tak kubiarkan rapuh.

Mari, sama-sama memberi. Sama-sama berbagi. Sama-sama menyentuh hati.

Karena sendiri, terlalu sepi untuk kita nikmati :)

Thursday, March 24, 2011

Pada Tiap

PADA tiap gerimis yang jatuh,
aku menghitung peluh,
adakah cintaku pada-Nya tetap utuh?

PADA tiap guratan senja,
aku merenung dosa,
adakah cintaku pada-Nya tetap nyata?

PADA tiap ruasruas waktu,
aku merangkai rindu,
adakah cintaku pada-Nya tetap padu?

~ a #cisoca inspired by @agnasky

Tuesday, March 22, 2011

My Anagrams #2

#9
Maybe I am LATE, but I'm ready with you build a TALE.

#10
Just like the strong TIDE, there's something in my heart that i can't EDIT.

#11
Is it a SLIP, when I touch your LIPS?

#12
My intention isn't SLIGHT, i really wanna share you LIGHTS.

#13
I know our stories isn't like a TRAIL, but I'm sure I never let you as a TRIAL.

#14
I remember you as ALWAYS, would we be together before SYAWAL? *eaaa*

#15
I don't wanna lost in a WARD, I just wanna see your beautiful DRAW.

#16
I'm sorry for something RAW, but I really don't want to make us WAR.

#17
Do my mind really have to WARP? It's just about kindness that I wanna WRAP.

My Anagrams

#1
I stay for u NOW, though I know I've never WON.

#2
Why are you hiding your SMILE? I miss it like a hot day miss the ice LIMES.

#3
I can be happy just for watching your SMILE, though I know I have to run for MILES.

#4
There's a love that can't be READ, it just can be felt if you DARE.

#5
I lost my magic WAND, seconds after I looked up for the DAWN.

#6
Do you have something to KEEP? The little secret that I can PEEK?

#7
I could be never forget your NAME, because it is something I have to MEAN.

#8
How can I be alone enjoy my fried MEAT? We have to share it as a TEAM. *yang ini bikin laper :p*

Friday, March 11, 2011

Gerimis Senja *)

Hujan yang ramai begitu sabar.
Diberi kesempatan anak-anaknya
merasai wangi bumi...

Perciknya bagai gelak tawa.
Berderai-derai mesra.
Ah, bahkan senja mau mengalah.
Demi riang bening yang tertumpah.

Lihatlah ke jingga mata senja.
Bola-bola pelangi itu tumbuh saja berwarna warna.
Hadiah untuk mereka.

Ah, ini sudah gelap, Kawan.
Senja sudah pulang, dilipat malam.
Tapi kebahagiaan itu, membekas dalam.
Sudah, terhapuslah kelam.

Maka, izinkanlah tangan tangan malam
merengkuhmu perlahan.
Dalam munajat yang ia panjatkan.
Semoga, bahagia tak kunjung padam.

*) jahitan kata bersama kakak seperguruan, Mba Ratih
~ I always love ur words mba :)

Thursday, March 10, 2011

Percakapan Malam Bersama Mba Ajeng

-ajeng-
Aku membacamu halaman demi halaman,
menegakkan alif, ba, ta hingga ya
sedari petang dan berlanjut saat subuh tiba.

-rifi-
Jeda. Makna. Kusesap lamatlamat.
Pada cinta-Nya yang senantiasa beralamat,
pada hati yang mengingat. Adakah itu, aku?

-ajeng-
Tergugu. Pada satu rindu.
Saat kepala tersungkur, bersujud tepekur.
Tangan tengadah, melangitkan doa agar diijabah. Itu, kamu.

-rifi-
Hati. Bagaimana ia?
Ada doadoa melayang tenang.
Berharap sampai pada tangan-Nya yang merentang.

Wednesday, February 23, 2011

Selimut Hangat

Dekapanmu menjadi asa
Di malamku
Apalah kehangatan?
Bila tak jua kau bagikan
Pada ia yang kedinginan

Maka aku seperti tak peduli
Pada rupamu yang kusut
Atau senyummu yang keriput
Karena sudah cukup kau buktikan
Setiamu...

Lalu apalagi yang kubutuhkan?
Karenamu aku memutuskan
Meninggalkan gigil sendiri di sudut
Bersama lembab yang susut

Maka terima kasih
Atas segala cinta
Sebab takkan ada puisi ini
Tanpa pelukmu, malam ini...

Wednesday, February 16, 2011

Untuk Para Sahabat

"There's no key to happiness, the door is always open."
- via Rahmadiyanti


: Sahabat

Kapankah aku sesetia Harun pada Musa?
Bermesra di jalan-Nya
Saling menguatkan dalam doa
dan cahaya...

Tetiba aku juga teringat akan Abdullah dan Mush'ab *)
Dipersaudarakan mereka oleh Nabi Cinta
Meski rupa jelas berbeda, tapi hati mereka satu makna
Dalam dekap-Nya...

Atau kapankah aku setulus Abu Dzar Al Ghifari
Saat meminta maaf padamu,
Seperti permohonan maafnya pada Bilal bin Rabah
Saat hati tak sengaja menyakiti?

Maka lihatlah Salman Al Farisi,
Ia mencari sahabat untuk diberi, bukan memberi
Mulialah ia saat merelakan Abud Darda
Menikahi wanita yang ia pinang namun menolaknya

Takkan pernah bisa...aku selayak Abu Bakar
Pendamping sejati Sang Rasul kita
"Jangan sedih, hai Abu Bakar. Alloh bersama kita."
Maka sirnalah segala duka luka

Ah, kita mungkin takkan pernah bisa sehebat mereka
Tapi mari, Sahabat, mari...
Meneladani mereka, sedapat yang kita bisa

Dalam ukhuwah yang paling sederhana
Saling mengingat dalam pagi petang rabithah kita...
Atau berbagi dalam sahaja senyuman kita :)

Maka kutemukan pintu kebahagiaan yang terbuka itu
Saat mengingat indahnya kehangatan bersamamu...




~ Untuk Para Sahabat di manapun berada
Semoga kelak kita berkumpul bersama di jannah-Nya
Allohumma aamiin...


*) Mush'ab bin Umair dan Abdullah bin Ummi Maktum

Thursday, February 10, 2011

For The Amazing Brother(s)

: Kak Sopi Ahyar

Kau memintaku menulis sebuah surat untukmu
Lalu sedetik aku menggumam
Apa yang bisa kutulis untukmu, Kakak?

Ah, aku hanya merindui candamu
Juga kecemburuanku dulu padamu
Masih ingatkah, surat yang dulu sempat kukirimkan padamu?

Itu saat aku kelas satu sekolah menengah
Saat aku sedang sebal-sebalnya pada mamah
Karena aku di nomor duakan, setelah kakak-kakak yang entah

Bagaimana tidak?
Di rumah seringkali nama-nama kalian disebutnya
Membuat aku bertanya-tanya :
Siapakah mereka yang sudah merebut waktu bunda?

Maka tergeraklah pena itu
Bicaralah kertas bergaris itu
Dan mengenalah kita semua...

Then I know, why my mom is very proud of u all...
Coz u are amazing, by the way u are...

For being our brother now and ever, thank u
For keeping mom's smile, thank u
For sharing and caring here with us, thank u
And for being urself and change to be a better one, thank u...

Adikmu,
Rifi :)

Sunday, February 6, 2011

Re : Sekadar Tinta Maya

: Khalifa Rafa Azzahra

Aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana
Mungkin menyelimut bersama sepi
Atau menari bersama mimpi
Yang entah...

Tentang kata,
Kurasa ia masih membersamai para pecintanya

Tentang rasa,
Kurasa ia masih ada di antara serak puing asa

Tentang rindu dan cinta,
Kurasa kita harus samasama kembali pada makna-Nya

Maka biarlah tinta semu
Dari penghujung penamu
Yang mungkin hampir patah menuliskan rindu
Menjadi saksi bisu
Setidaknya aku, masih bisa memeluk bayangmu

Jadi, apa yang sungguh kau resahkan, Sayang?

Bila itu sunyi,
aku sudah berkencan dengannya sekian lama
Bila itu harap,
bukankah kita masih bisa menanti senja?
Melayangkan doadoa,
berharap terpaut di sayap malaikat

Maka aku bukan ingin bertanya
Mengapa dirimu masih jua di sana

Sebab tak perlu sebab
Tak perlu sembab
Karena kita masih bisa berbagi air mata cahaya

Bukan begitu, Sayang?





~ untuk my faculty-poem-mate ever
: Sedang resah dan gelisah kah?
Bukankah kita selalu punya Alloh di atas segalanya?
So, we don't have to be worry, ukh...do we? :)

Saturday, January 29, 2011

To Where You Are

This song just remembering me to my beloved father,
whom I miss so much right now :

I know you're there
A breath away not far
To where you are

----------------------------------------------

To Where You Are - Josh Groban

Who can say for certain
Maybe you're still here
I feel you all around me
Your memory, so clear

Deep in the stillness
I can hear you speak
You're still an inspiration
Can it be

That you are mine
Forever love
And you are watching over me from up above

Fly me up to where you are
Beyond the distant star
I wish upon tonight
To see you smile
If only for awhile to know you're there
A breath away not far
To where you are

Are you gently sleeping
Here inside my dream
And isn't faith believing
All power can't be seen

As my heart holds you
Just one beat away
I cherish all you gave me everyday

'Cause you are my
Forever love
Watching me from up above

And I believe
That angels breathe
And that love will live on and never leave

Fly me up
To where you are
Beyond the distant star
I wish upon tonight
To see you smile
If only for awhile
To know you're there
A breath away not far
To where you are

I know you're there
A breath away not far
To where you are

Friday, January 28, 2011

Membersamai Sahaja di Jogja

: Mona

Bagaimana aku mengenalmu, duhai gadis sahaja?
Kutelusuri, lalu kudapat jawabnya
Bit-bit maya tlah mendekatkan kita
Bermula dari kata, lalu cerita, hingga sampai pada makna

Bagiku kau sesederhana senja
Yang tak lama ditatap mata
Tapi selalu dinanti kehadirannya

Ya, aku mengenalmu hanya dari kata
Kita tak pernah bertatap muka
Apalagi merangkai cakap bersama
Tapi bukankah cukup, ukhuwah itu sebagai rasa?

Hingga nanti bila aku sempat membersamai Jogja,
kuyakin kan kurasa pula sahajamu di sana...



~ Untuk Mona : 
thanks for being my sister and share a lot 'till today... 
may Alloh Keeps u in His way... *hugs* 

Monday, January 24, 2011

Mendung, Hujan, Pelangi, dan Kamu

Mendung itu haru,
sepercik kelabu
yang mewakili hatiku yang abuabu

Hujan itu makna,
padanya kita berguru
tentang dzikir langit pada Tuhannya

Pelangi itu harap,
selepas matahari terlelap
penyejuk jiwaku yang sempat kalap

Dan kamu,
cukuplah berada di sampingku
Menghapus mendungku
Memaknai hujanku
Dan mengukir pelangi di senyumku...

Sunday, January 23, 2011

: Kepada Anugerah

Kau memintaku memintal satu puisi untukmu
Membuatku sedikit termenung
Di bawah langit yang murung

Bagaimanalah?
Belum jua kusiapkan jejarum dan bebenang
Sedang hatiku masih penuh tanda tanya

Lalu mulai kupikirkan lamatlamat
Di atas mesin jahit kataku yang sempat kusimpan rapatrapat
Ini bukan tentang sempat atau tak sempat
Ini mungkin tentang kisah yang tak pernah pepat

Maka saat ini,
Pikirkanlah saja tentang bagaimana
Mengikat makna, ilmu, dan kebaikan
Untuk negeri kita yang mungkin terabaikan

Di tanganmu, duhai Apoteker
Bisakah kau racik sesuatu
Untuk menyembuhkan hati yang pilu?
Atau kata miskin yang beraduadu
Di harihari bangsa ini yang masih sendu?

~ tertunaikan sudah sebuah janji, alhamdulillah :)