"Ikhlaskan..." ucapmu pelan. Namun cukup terdengar sampai di telingaku. Ada bayang yang berkelebat di memoriku. Tak lama. Tapi cukup membuatku terpejam, lalu terdiam. Sesuatu bergetar di sudut waktu. Sesuatu yang ingin kembali ke masa itu. Masa di mana hujan berhenti, dan lembayung menanti. Hujan pertama di bulan ini.
"Tak mudah..." aku menggigit bibir. Sungguh, mudah memahaminya... tapi tak mudah melakukannya. Kembali aku -dan juga kamu- terdiam. Aku kembali menatap biji-biji pinus yang berserakan di ujung kakiku. Mereka ikut diam, seperti dengan cermat mendengarkan kegelisahanku. Angin berhembus perlahan, menyempurnakan kebisuan.
***
Allahumma innii as’aluka nafsan muthma‘innatan, yu’minu biliqaa’ika, wa tardha bi qadhaa‘ika, wa taqna‘u bi’athaa’ika.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, beriman bertemu dengan-Mu, ridha terhadap segala ketentuan-Mu dan menerima sepenuhnya pemberian-Mu.
***
Sebuah catatan akhir bulan,
29.11.11
*) judul terinspirasi dari judul sebuah novel karya Tere-Liye
dalam dirimu ada awan mendung fi..
ReplyDeletejika awan itu menjadi putih maka ia akan membuatkan pelangi diantara awan-awan putih lainnya..
bukan hnya sekedar menurunkan hujan
krn kita tidak pernah tahu seberapa mendung awan itu
mungkin saatnya berhenti mencoba kuat
berhenti menahan senyum hingga awan itu putih
ga perlu membenci hujan, kita hnya perlu mengakrabinya
jika kita berbuat baik pada hujan, pasti ia akan berbuat sebaliknya
ucapkanlah terima kasih pada hujan
ikhlas dan mudah itu dua kata yang tidak mudah untuk disatukan
ReplyDeletekangen neng Ifi
ReplyDeletehmm.. lama tak berkunjung ke blog ni.. ternyate dah update banyak dah.. i just wonder...^^
ReplyDelete