Monday, August 30, 2010

Tak Ingin Lelah

Tak ingin lelah ku menyeret kaki menuju-Mu.
Meski sungguh tertatih.
Adakah sudi Kau Berlari memelukku?

Tak ingin lelah kueja doa malam-malam panjang.
Meski terbata.
Adakah sudi Kau sedikit Memasang telinga?


Tak ingin lelah ku hembuskan dzikir-dzikir cinta.
Meski kata ikhlas masih jauh tertata.
Adakah Kau Ridha?

Wednesday, August 18, 2010

Lelaki Matahari

#1

Aku tahu memang begini rasanya saat kau pergi.
Tapi aku memberanikan diri,
untuk tetap jatuh cinta.

#2

Kutaburkan mentari di jalan kepergianmu.
Berharap mampu kujejaki cahayanya dalam doa.
Kau, lelaki matahariku.

#3

Hujan jadi saksi kepergianmu.
Luruh di hatiku.
Meninggalkan rindu.

#4

Aku membujukmu pulang,
lewat lantunan hujan.
Tapi kau sepi, pergi dalam diam.
Diam2 kulukis pelangi di jalanmu menuju rumah.

280710 *untuk ayahanda

dua puluh lima

dua puluh lima di kepalaku
terpaku pada angka-angka sendu itu
bukan, bukan hari lahirmu
tapi satu hal yang kupikirkan berulang
tapi tak pernah kutemukan jawabannya

dua puluh lima menari-nari
aku ingin pergi
tapi dia menghalangi langkahku
adakah sang penyelamatku?
menebusnya dalam nyata?

kadang aku suka dalam dua puluh lima
tapi sejenak, karena setelahnya menguap
terdiam. bisu. aku kehilangan makna
pada dua puluh lima:
aku menyerah

namun, sesekali kudengar bisikan
akankah penyelamatku datang?
karena dua puluh lima bermetamorfosa
pada jumlah yang tak bisa kuhitung nyata

180810

Wednesday, August 4, 2010

Bunda Cinta

(1)

Bunda cinta, apakah aku harus menyerah?
Sedang peluhmu belum sempat kuseka.
Dan doamu telah berjuta untukku.

(2)

Bunda cinta, sungguh aku tak suka.
Tapi, tiap mengingatmu aku jadi kelu.
Tak tega khianati tiap cinta yang kau eja.

(3)

Bunda cinta, telah kau bukakan dengan doa.
Jalan kupu-kupu.
Di sana aku bermetamorfosa.
Mencoba persembahkan madu termanis untukmu.