Monday, April 2, 2012

Coretan #5

Kau tahu meneguk kopi terlalu banyak itu tak baik. Sama halnya dengan diriku yang tahu bahwa membuatkan kopi untukmu terlalu sering itu tak baik. Tapi bagaimanalah, cecangkir itu selalu menggoda untuk diisi, bahkan di hari di mana perjalanan ini akan kita mulai. Kepulan hangatnya sudah menguar, dan aromanya selalu menggoda.

"Sudah siapkah kamu? Kita akan berangkat malam ini," tanyamu.

Aku masih bergegas memasukkan DSLR-ku setelah lima menit yang lalu selesai membuatkan kopi untukmu. Untuk kita. Ya, ini barang terakhir yang akan masuk ke ranselku.

"Mau ke mana kita?" tanyaku polos.

Aku selalu suka perjalanan yang spontan, tapi yang kutahu dirimu selalu merencanakan. Maka mengajakku melakukan perjalanan secara tiba-tiba hanya membuatku heran. Kau hanya tersenyum, lalu perlahan menyesap kopimu.

Setelah packing-ku selesai, giliran aku yang meraih cangkirku...masih dengan mimik yang sama, aku mengulang pertanyaanku.

"Mau ke mana kita?"

"Memetik bintang bersama," katamu.

Lalu aku membayangkan sebuah tempat dengan hamparan gemintang, bukan hanya di langit, tapi juga di kaki kita. Bertebaran. Berhamburan.

"Dulu kau mengajakku melukis langit, dan sekarang memetik bintang?" aku tersenyum, lalu beranjak ke belakang.

Kau berseru melihat apa yang aku bawa, "Hei, untuk apa ember itu?"

"Kita perlu wadah jika ingin memetik bintang, bukan?" kali ini aku yang tertawa melihat ekspresi bingungmu.

Kopimu sudah tandas. Punyaku tinggal beberapa teguk lagi. Melihatmu sudah bersiap, aku bergegas menghabiskannya. Kopi selalu ada di hari kita, meski kita sama-sama tahu terlalu banyak takkan pernah baik adanya. Biarlah untuk kali ini, biar hangat malam ini...dan menjadi energi untuk memetik bintang yang mungkin pernah kau tanam.

Akhirnya perjalanan itu kita mulai. Aku sudah tak sabar. Beberapa langkah dari pintu rumah, kau berhenti. Aku terdiam, dan pandanganku mengarah pada halaman samping yang tak lagi sama. Tenda biru muda, dan api kecil yang menyala.

"Kita sudah sampai!" katamu riang.

Dan aroma kopi masih membekas di penciumanku. Aroma yang sama seperti saat kejutan-kejutan darimu melukis senyumku.

Bandung, 31.03.12
Baru inget buat posting tulisan ini~

No comments:

Post a Comment